#30HariMenulisSuratCinta
Hai wanita berparas anggun dan kuyakin juga lakumu sama seperti keelokan paras. Maaf jika kata - kata indahmu sering kuselami dan banyak kupelajari bagaimana aksara indah tercipta. Entahlah, aku suka setiap kata yang berlumuran makna. Aku suka caramu menyampaikan pesan melalui aksara yang ku baca dua kali agar kumengerti siapa seseorang disana yang kau persilahkan mendiami pesan di rumah katamu. Tentang sebuah surat dengan judul "Semesta; Rahasia-Rahasia di Dada Hawa" yang kubenarkan bahwa mencintai bukan hanya perkara keikhlasan semata; ialah kepercayaan bahwa kesabaran tak berusia. Ah aku terhanyut sekali. Terima kasih atas sebuah pengingat bagi kami para kaum hawa. Bahwa pada kenyataannya aku bukanlah seorang wanita yang sendirian yang pernah merasa patah. Yang pernah terdiam khusyu' atas sebuah do'a menghatur nama perihal siapa - siapa yang kita cinta. Tapi aku yakin atas kita para kaum hawa yang pernah ditinggal senyuman ceria saat dulu, bahwa kita tak akan membiarkan hati terus jatuh dan mengakar ke tanah. Semangat baru untuk kedepannya pastilah akan terus mewarnai jalan cerita hidup para hawa. Kamu tahu kak, seharusnya kemarin surat ini kukirim, tapi karena kesibukan yang membuat lupa pada akhirnya aku tak mengirimkan surat ini tepat pada surat bertema I love your love letter.
Oh ya, kelak akan kubeli KBBI seperti wejangan yang kau beri di lini masa twittermu 13 februari lalu. KBBI yang dulu sempat ku acuh untuk menjamahnya karena aku notabene bukanlah mahasiswi jurusan sastra. Ternyata itu salah satu benda yang dapat membuat kata semakin indah karena negara kita juga kaya akan aksara paling indah yang dapat menusuk hati.
Hai kamu wanita yang sepertinya punya banyak idola, ya aku tahu itu karena banyak yang mencintai permainan katamu selain tentunya parasmu, tidak kupungkiri. Semoga saja ketika tukang pos tampanku ikut membaca ini ia tidak mengutukku karena tak pernah kuberikan surat cinta *sungkem ke kak adimas*. Iya, kangposku yang pada hari ke-27 lupa mengirimkan suratku. Mungkin matanya begitu lelah hingga tak sadar untuk menjamah suratku yang mungkin saja tenggelam ditumpukan surat lainnya. Aku tahu bahwa ia memang lelah *sungkem lagi ke kak adimas*
Hai kamu wanita yang awalnya kufikir telah menikah *iya, jangan kaget kak iit*. Saat ku baca tweet-tweetmu, setelahnya aku sadar bahwa ternyata kamu belum memiliki pelabuhan hati terakhir yang sekadar bisa saling berbagi kisah setiap harinya, atau sekadar menyandarkan kepala pada bahu yang para wanita anggap jika bahu mereka para lelaki adalah sandaran baik kedua setelah wanita yang kita sebut ibu, dan sandaran baik kedua oleh lelaki yang kita sebut Ayah. Ya, lebih jelasnya ia adalah sandaran baik ketiga setelah Ibu dan Ayah.
Tenang, biarkan hati menerima kesehatan dari berbagai patahan - patahan yang tercipta. Patah hati misalnya. Patah yang sampai detik ini juga masih kuperjuangkan kesembuhannya *malah curcol*. Semoga setiap pribadi - pribadi yang dikasihi Tuhannya ini masih bisa melewati hari dengan semangat yang semakin luar biasa. Oh ya, perihal tulisan - tulisanmu... aku harap aku masih bisa terus singgah ke rumah kata setelah 30 hari menulis surat cinta ini berakhir. Kelak jika Tuhan mengaminkan do'a yang pernah kuhatur indah setiap sujudku padaNya, maka tak akan lagi sendirian aku singgah ke rumah katamu. Ya, akan ku bawa pendamping terbaik pemberian Tuhan yang akan kuperkenalkan pada aksara indahmu. Dan semoga juga saat itu, kamu wanita berparas cantik juga telah menggenggam tangan kekar yang lebih besar dari tanganmu untuk menemani senang dan sedihmu hingga nafas tak lagi tercipta.
Dari aku,
Tamu di Rumah Katamu
Comments
Post a Comment