Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
[Nulis Horor] [Short Story] Tampak beberapa anak kecil bermain - main sembari menyeret boneka yang bahkan lebih besar dari tubuhnya yang hanya tinggi sekitar 90 cm. "Jam segini anak kecil belum tidur? Dasar, ibu macam apa yang tidak menyuruh mereka untuk beranjak tidur" gumamku sedikit kesal tak tahu mengapa, mungkin hariku sangat menguras tenaga dan fikiranku. Malam itu suasana kostan tampak sudah sepi, ya tak perlu ditanya sebab akulah yang patut di tanya. Mungkin lebih tepatnya, kantorku yang harus di tanya mengapa sangat menyukai lembur selama sebulan ini semenjak kepindahanku ke kostan baru yang lebih dekat dengan kantorku. Kulangkahkan kaki ke setiap anak tangga yang di pijakannya terasa ada beberapa benda berserakan. Kuarahkan sepasang mata ke bawah, remahan lego berceceran. Tak kuhiraukan sesaat, dan langkah kakiku pun semakin ku percepat naik agar tubuhku dapat kurebahkan. Seorang ibu berpakaian tidur namun dengan make up lengkap keluar dari kamar dengan nomor 4E