Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2014

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Ingatan

Lipatan kertas menjadi pemandangan biasa siang itu. Beberapa mahasiswa mulai mengeluarkan kertas, melipatnya lebih tebal dan mulai mengibaskannya. Seakan kibasan mereka dan seorang dosen yang berada di depannya saling bersahutan. Maklum, penyejuk ruangan tak mendukung sistem belajar mengajar di  ruangan sempit itu. Sekitar 40 mahasiswa masih asik dengan cerita mereka yang bermula dari ujung koridor sebelum masuk kelas. Dan untungnya aku duduk di dekat pintu kelas yang semilir anginnya langsung menyapaku. Tampak 5 orang mahasiswa sedang memindah bangku ke depan kelas untuk melaksanakan jadwal presentasenya. Seorang wanita berdiri di hadapku dengan wajah bingung. " Boleh pinjam tempat duduknya?" "Oh, bo..boleh" aku berpindah tempat dari posisi terbaik dan mengarah ke tempat duduk kosong berada di bagian paling belakang. " Hahaha hari ini si Senja  berjiwa besar. Merelakan tempat duduknya untuk orang lain". " Nah, liat kan. Tempat duduk aja harus di

No Mellow!!!

Di coretan kali ini pengen sedikit free. No mellow. Pas nulis ini juga muter music - music cadas. Terkadang hidup memang gitu. Ada saat di mana kita berubah jadi diri kita yang nggak seperti biasanya. Ada saat di mana harus berubah karena bosan sama aktivitas yang begini - begini mulu. Tenang, bukan berubah jadi satria baja hitam atau spiderman kok. Apalagi kalo udah stress rasanya pengen banget pergi ke suatu tempat, menyendiri, no kerjaan, no friends juga. Intinya pengen bersahabat dengan alam dulu. Tapi gak mungkin, sekarang seperti biasanya sih kalo udah di tahap pengen marah mulu karena mood lagi up and down, di tahap ketika omongan orang gak ada yang bener, ketika waktu juga udah menguras semangat, paling pas ya bersahabat dengan kamar, no lamp alias gelap, baru deh hidupin music yang sering di benci nyokap. Kayak lagu simple plan yang me against the world, Crazy, Shut Up, I'd do anything, perfect world, lagunya the red jumpsuit apparatus yang face down, lagunya sum 41-with m

Jangan Mencintaiku

Siang itu seakan matahari tampak malu menampakkan wujudnya. Awan hitam pun tampak menggelayuti langit biru seakan ingin mengucap lelah akan hari sibuk yang penuh aktivitas hidup. Tidak seperti hari-hari biasanya, hari ini adalah hari terfavoritku sejak SMP. Dan hingga saat ini, tak ada alasan burukku membencinya. Banyak yang bercerita bahwa jum'at adalah hari yang agung, suci. Kakiku masih tak lelah akan hari tersibuk ini, langkahku juga masih tegas menapaki bumi beralaskan rumput ataupun ubin - ubin. Menatap orang - orang berlalu tanpa saling menyapa namun seolah setiap mata masing-masing saling mengetahui setiap aktivitas. " Ahhh bosan" pekik seorang pria yang melangkah di depanku sembari mengambil posisi duduk tepat di samping kiriku. " Hahaha kenape bro??" " Mau ngebajak kamu, boleh? Aku lagi suntuk nih" " Ke mana?" " Suatu tempat yang sepi... yang bisa teriak - teriakkk" ucapnya sambil mengarahkan wajahnya sekejap ke layar

Bagian Paling Tersedih

Bagian paling tersedih adalah ketika kau menahan tangismu dalam sebuah tawa. Ketika kau mengharap hujan ikut andil pada tangismu agar wajahmu yang penuh senduh tertutupi oleh air yang menari indah dikolong langit. Ada rasa nyeri seketika pada sebuah kenyataan bahwa rencana tak harus terjadi serapi lukisan Tuhan pada makhluk-Nya.  Berjalan cepat layaknya roller coaster yang hampir menghentikan jantung dan membuat panca indra tak lagi merasa. Bagian paling tersedih adalah ketika Tuhan memberi jarak 1 meter pada seseorang kecintaanmu yang menyadarkan bahwa mencintai tak berarti memiliki. Seakan dunia belum mengizinkan kau bahagia. Dan biarlah dinding menjadi saksi bisu pertemuan terindah yang jarang kau dapati. Bagian paling tersedih adalah ketika hentakan kaki menuruni anak tangga. Seolah langkahnya dan langkahmu berbicara saling bersahutan. Bahwa pernah ada mahakarya terindah dari balik punggungnya yang terus kau tatap tajam dengan langkah masih terus saling bersahutan. Bagian paling

Haters ツ

Terkadang, orang yang sering menceritakanmu di belakang adalah orang yang paling iri terhadapmu. Thanks, Haters. Ya, haters. Para pembenci yang siap siap mengomentarimu dari penjuru mata angin, entah dengan style pakaianmu, cara bicaramu, sikap cuekmu, atau saja prestasi bagusmu. Sesungguhnya mereka sebenarnya adalah orang yang paling perduli terhadapmu. Contohnya seorang ibu, bukankah beliau selalu ingin yang terbaik untuk kita? Beliau juga tak jarang mengomentari kita agar kita tampak lebih baik lagi. Namun sosok ibu bukan berarti haters kita. Beliau adalah supporter terbaik kita. Haters = Supporters. Well, pernah kan liat orang-orang yang selalu komentar atas kita dengan suara sumbangnya yang tak terdengar jelas? Namun sebenarnya ia sedang mencibir atau mungkin mematahkan pendapat kita? Ya, haters tidak mungkin satu langkah di depan kamu. Karena jika ia satu langkah di depan kamu, maka mungkin saja kamu adalah salah satu pengagumnya. Is it right? Bagaimanapun juga, haters itu adalah

Masa Kecil, Kenangan.....

Tumbuh itu masa, kehidupan. Ada saat dimana kita sering terdiam bosan dan merasa muak, dan ada saat dimana masa kecil tampak lebih indah dari saat ini. Dewasa memang pilihan, namun tumbuh, menua itu kepastian. Bukan ketika dewasa saja, masa kecil juga mempunyai cerita indahnya. Saat orang tua berpengaruh seutuhnya atas kita, saat waktu tak harus kita hiraukan hanya untuk sekedar menghitung menit mengarah pada pekerjaan, tugas sekolah atau masalah besar yang harus dipikirkan sendiri dengan tanggung jawab. Dan saat dimana kau diajak oleh ayahmu  berkeliling mengitari kota kecil kelahiranmu saat senja menyapa. Ketika dewasa, lama berlalu pernah ada suara tangisanmu yang tak sungkan untuk didengar mengharap seorang ayah dan ibu akan membujukmu pelan atau bertanya apa yang kau inginkan. Bahkan di masa itu tak pernah ada orang yang menyakiti hatimu. Ini rindu atau kebosanan akan dewasa kah??? Ketika aku tersadar bahwa entah sudah berapa tahun aku meninggalkan masa itu. Dan sekarang, aku lela

Ceritaku bersama Waktu

Hey waktu, harus berapa lama lagi aku meninggalkan penantian dari menunggu?? (Waktu tak pernah menjawabnya, dan tetap membiarkan aku bermain lebih lama dengannya) Waktu, bisakah hidup tak hanya saling sekadar mengenal? Aku lelah berdiam sendiri. (Waktu telah mengenalkanku akan hidup dan membiarkanku menyicip setiap nikmat-Nya) Waktu, aku benci harapan kosong!! (Waktu memang tak diam, namun ia menyadarkan bahwa harapan kosong adalah pembelajaran untuk lebih berhati - hati) Waktu, haruskah kenangan menjadi penghambat masa depanku?? Aku butuh berpindah rasa. (Waktu seakan membiarkan kenangan muncul sebagai cerita klasik bahwa pernah ada aku yang  terjatuh, tersesat, lalu mencoba bangkit) Waktu, terlalu tinggikah mimpiku. Apa harus aku merendahkannya bahkan membiarkannya jatuh berserakan? (Waktu kemudian menunjukkan, bahwa ada saat dimana kesuksesan penuh ujian. Termasuk cibiran pembencimu) Waktu, haruskah doaku berujung piluh?? (Waktu memekikkan batinku, seolah mengatakan "