Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
Lipatan kertas menjadi pemandangan biasa siang itu. Beberapa mahasiswa mulai mengeluarkan kertas, melipatnya lebih tebal dan mulai mengibaskannya. Seakan kibasan mereka dan seorang dosen yang berada di depannya saling bersahutan. Maklum, penyejuk ruangan tak mendukung sistem belajar mengajar di ruangan sempit itu. Sekitar 40 mahasiswa masih asik dengan cerita mereka yang bermula dari ujung koridor sebelum masuk kelas. Dan untungnya aku duduk di dekat pintu kelas yang semilir anginnya langsung menyapaku. Tampak 5 orang mahasiswa sedang memindah bangku ke depan kelas untuk melaksanakan jadwal presentasenya. Seorang wanita berdiri di hadapku dengan wajah bingung. " Boleh pinjam tempat duduknya?" "Oh, bo..boleh" aku berpindah tempat dari posisi terbaik dan mengarah ke tempat duduk kosong berada di bagian paling belakang. " Hahaha hari ini si Senja berjiwa besar. Merelakan tempat duduknya untuk orang lain". " Nah, liat kan. Tempat duduk aja harus di