Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2020

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Menunggu Waktu yang Tepat

Kita sama-sama saling menunggu Menunggu saling berkabar Menunggu ada yang memulai Menunggu hingga pada akhirnya waktu bisa saja lupa menyatukan Entah perasaan mana yang harus diselamatkan Akupun tak tahu Akun bahkan tak tahu harus mengutamakan logika atau hati Yasudahlah... Kita nikmati saja prosesnya Tak usah banyak protes bukan? Tuhan maha tahu, Bukankah sejauh dan selama apapun dipisahkan, Jika memang sudah jodohnya.. Pasti akan dipertemukan. Seperti kisah Nabi Adam dan Hawa yang lama dipisahkan hingga akhirnya bertemu di Jabal Rahmah

Mengabadikanmu

Awalnya ku fikir lupakan yang belum pernah bertemu itu mudah Tapi ternyata kenal setahun dan kenal sebulan sama saja Butuh waktu lama untuk melupa Mungkin juga sama, Butuh waktu bertahun-tahun untuk berpindah rasa Semoga kelak kita bertemu Tapi sepertinya pada pertemuan ada yang tak sanggup tumpah ruah Mungkin nanti mataku akan sembab, membengkak,  dan hanya butuh tanganmu untuk mengusapnya.  Rasanya ingin kugenggam erat jemarimu sembari membisik lembut "Jangan hilang lagi"   Hilangmu buatku patah Aku maunya kamu disisi Biar kita saling menua bersama Biar segala tentangmu benar-benar abadi untukku Di sini... Kuabadikan semua hal tentangmu Di rumah kataku, Jadi aku mohon... Jangan Pergi.

I'm Sorry I Love You

Kita sama-sama bercerita tentang rindu, Entah rindu yang seperti apa Entah saling tuju untuk siapa Ingin merasa tapi harus sadar diri Sebab kita belum pernah saling menjadi siapa-siapa Hanya singgah sesaat, lalu ditinggal pergi Hanya bahagia sebentar lalu kamu menariknya Kadang dunia sebercanda ini, Banyak kisah yang akhirnya terlihat lelucon semata Padahal mengawalinya dengan hati Ah entahlah, Entah siapa yang harus bertanggung jawab Predikat manusia menyemat dipikiran bahwa siapapun pernah berbuat salah, Bahwa setiap orang tak berhak memaksa dirinya Seperti jika kamu tidak suka, Ya untuk apa memperjuangkanku. Bukan begitu?  Seperti jika kamu tidak nyaman, Untuk apa bertahan Walau si lawan bicara diseberang sana terlihat sangat nyaman.  Apa boleh buat.. Hatimu punyamu, Bukan punyaku Aku tak berhak mengaturnya Paling hanya mencoba masuk Walau tetap saja sedikit susah membukanya Teruntuk kamu, Aku nyaman Aku suka Dan sepertinya aku sud

Jangan Hilang

June  #ShortStory "Kamu yang memilih pergi. Apa bisa aku melarang?" Kata wanita yang sedang menunduk lalu meletakkan undangan bahagia di hadapan pria yang semeja dengannya. Ada jeda panjang dan seketika guntur menggelegar. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Dulu, wanita itu suka sekali memejamkan mata mengucapkan beberapa harap dalam hati. Ia memercayai anggapan tentang "berdoalah ketika hujan pertama sedang turun. Karena doamu akan dikabulkan". --------------------------------- "Aku sedang dilema saat itu" Ucap pria yang memutuskan untuk mengantarkan Sheila pulang. Diparkirkan mobilnya di pinggir jalan. Rupanya masih banyak yang  ingin ia bahas perihal alasan menghilangnya tiba-tiba. "Saat itu ibu sedang mengenalkanku pada seorang wanita. Aku mengiyakan ajakannya hingga memutuskan untuk tidak menyakitimu" "Alasanmu salah" Potong Sheila sembari tersenyum sinis. "Kamu pikir dengan menghilang segala permasalahan

Wajahmu Candu

Kau tahu hal terberat apa dari merindu? Yaitu diam-diam menahan rasa untuk saling ungkap Bagiku rindu butuh temu Butuh kamu Rasanya ingin kubenamkan wajah dipelukmu Mendekap erat tubuh yang lebih luas dariku Menikmati dentingan jarum jam melanjutkan tugasnya, Sembari menceritakan entah sudah berapa puluh malam gemuruh di dada terus-terusan menyiksa keheningan Ia memaksa ingin dikeluarkan Tapi bingung entah kapan waktunya Jika saja jarak tak begitu jauh Jika saja Tuhan tak menyadarkan kehadiranmu Mungkin aku masih santai menikmati sendiriku Namun sekarang, Sendiriku kembali bercampur kesepian Seperti ada yang berongga di dada Kian hari kian melebar Hi Kamu... Jika nanti tiba-tiba terbangun dari tidur malammu, Percayalah bahwa ada aku yang melantunkan al-Fatihah untuk mengirim rindu Ada yang sedang merindumu di titik bumi lain Ada yang menatap wajahmu lama di layar ponsel sembari menikmati doa-doa sederhana pada sang pemilik kamu Aku rindu..