Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2018

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Perjalanan Magang

Entah kenapa rasanya pengin banget ceritain masa - masa pas zaman magang. Mungkin karena efek gak sengaja nemu foto magang . Jadi dulu, pertengahan 2013 pas laporan KP (Kerja Praktek) dimulai, fakultas mengharuskan untuk job training alias magang di perusahaan (yang ada PT.nya gitulah). Padahal awalnya udah izin sama tempat magang yang bukan PT (di Perpustakaan Umum). Dengan malunya kita ber-empat minta maaf karena gak bisa melanjutkan magang di tempat tersebut. Sempet bingung dong ya harus magang di mana. Sama sekali gak keinget tempat manapun kecuali PT. INALUM karena anak-anak sefakultas kita which is dari Prodi Teknik Sipil pernah ke sana. Akhirnya kita mengumpulkan personil  ada 6 atau 7 kereta (read: motor) pergi ke indrapura. Mungkin karena efek pengin cepet magang, kita pada gal takut gitu . Well, surat untuk penghantar dari kampus sudah di tangan... Dan yah, kita ketemu dengan salah satu karyawan mereka. Dengan berat hati setelah beberapa pertanyaan terlontar, bapak ters

Anak Kecil Penjual Koran

#ShortStory Anak kecil itu menyeka wajah lelahnya yang berhias peluh. Di bahu kanannya tersampir handuk kecil. Tangan kanannya memeluk erat tumpukan koran yang masih terlihat banyak. Dikejauhan ia mendapati diriku, kami saling menatap. Mungkin dipikirnya aku adalah salah seorang yang pas untuk ditawari koran miliknya sebab mataku memang tak lepas darinya. Kaki - kaki lelahnya yang beralaskan sendal merk paling dikenal di indonesia "swallow" bertali biru itu sudah tampak lusuh. Ada senyum harap dari raut wajahnya. Dan beberapa puluh detik kemudian tubuh kecilnya sudah berada di depanku. Diulirkan tangan kanannya yang menggenggam sebuah koran dengan mengganti tumpukkan koran ke lengan kiri. "Koran mbak" lagi kami saling menatap. Mataku terperanjat, entah mengapa aku masih sedikit kaget. "Oh..emm... iya. Berapa dik?" Jawabku terbata - bata. "7000 saja mbak" matanya berbinar. Sepertinya ada harapan baik di matanya menawarkan yang ia jajakan.