Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2018

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Kita Merdeka, Kita Indonesia

Merdeka. 1 kata penuh jutaan makna dan sudut pandang. Mungkin dentuman senjata, bom tak lagi terdengar di tanah yang katanya subur ini. Namun dari sisi hal lainnya? Anak - anak yang masih belum bisa mengenyam pendidian, saudara - saudara kita yang hidup di jalan tanpa papan dan sandang yang terkadang hanya sehelai yang melekat di badanna, ataupun kepada para penerus Negara yang tingkat demokratisnya harus terkungkung karena 1 dan lain hal. Entahlah, apa masih bisa dikatakan merdeka kah? 73 tahun sudah Indonesia terlepas dari penjajah, dan 25 tahun sudah saya merasakannya. Semoga saja Indonesia mampu bersaing dengan Negara - Negara maju di sana, tak lagi dijajah baik dengan segi pemikirannya. Semoga saja apa yang menjadi milik kita tak dirampas oleh tangan - tangan di luaran sana ataupun oleh tangan - tangan yang tak mencintai Indonesia.  Bukan hanya pemerintah, hendaknya tiap - tiap dari kita pun ada baiknya sama - sama menjaga, saling peduli, tetap menanamkan nilai saling tol

Kami Pramuka

Siang itu riuh rendah suara mengisi ruangan beranggotakan 40 siswa/siswi serta seorang guru sejarah berkacamata berumur sekitar 30an. Suaranya yang lantang menggema keseisi ruangan. Murid-murid yang tadinya saling canda sesaat diam tanpa gerakan bebas. "Kalian tau kalau kalian banyak? 40 mulut dengan beragam intonasi. 1 banding 40. Saya tau kalau kalian tidak menyukai kelas saya yang selalu memberikan hafalan-hafalan tentang Proklamasi, perjalanan Kerajaan Persia Dinasti Achaemenid, Deklarasi Djuanda, hingga sejarah tentang peradaban awal di Indonesia." Suara yang lantang itu kembali melemah. Ada hening sesaat sembari langkahnya kian maju di depan meja barisan pertama. Tepat di hadapku. Matanya menjuru ke semua 40 pasang mata yang saling menatap gantian. "Sejarah tidak harus dibenci. Sejarah itu membuat kalian mencintai tanah pusaka. Membuat rasa menghargai masa lampau begitu besar hingga mampu bersyukur menikmati masa kini. Bukan semata tentang berapa nilai yang kal

Kamu, juga Senjaku