Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2017

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Jatuh

Mencintaimu... layaknya merajut Kadang aku tertusuk... Kadang benangnya saling menimpal lalu dengan hati - hati aku mengulangnya Seperti itulah setiap insan yang sedang dijatuh cintakan... Hatinya terkadang sering jatuh Namun atas nama Tuhan... ia mencoba bangkit lalu bahagia kembali dengan cara uniknya... Entah kenapa setiap tatapan yang saling menusuk tajam membuat sang empunya merasa lelah.. Lelah akan cerita yang sebenarnya akankah berakhir indah atau tidak Tapi begitulah jika saling mencinta.. Jika mereka percaya, Maka Tuhanpun tak akan salah untuk menyatukannya...

Entah mana yang harus di bahagiakan (?)

Apakah fisik yang harus dibahagiakan? Atau malah jadi... membahagiakan (?) Membahagiakan yang terkadang malah seakan tutup mata Entah dengan sengaja, Atau pula tak pernah tersadarinya.... Lalu seperti apa cara membahagiakan pikiran? Yang menurutku adalah bagian terpenting. Bukan fisik atau pula lainnya. Jika jarum jam bahkan tak mampu menghentikan detiknya... Lalu bagaimana dengan secercah harap yang terus menunggu sang waktu. Yang atasnyalah ia melabuhkan sekumpulan angan-angan yang dengan indahnya berkepak kesana kemari. Entah apa yang dicarinya. Apakah "bahagia?" "Bahagia seutuhnya(?)" Lalu direkatkan sayap - sayap angan yang lelah itu... Serasa patah Dan tak tahu mana yang harus disembuhkan... Dan mana pula yang layak ditinggalkan. Pada akhirnya... Dimanakah tempat terbaik menutup mata...

Butuh Kamu

Aku pernah ingin melarikan diri di kesunyian Namun yang kubisa Ialah hanya melarikan diri pada kumpulan lagu-lagu favorit Aku bahkan tahu kepenatan butuh obat Butuh alam untuk memeluk susunan syaraf di kepala Agar hariku tak melulu penuh dengan kata "bosan" Agar tak ada lagi jemari - jemari yang mengetuk kesal meja kerja Dan bahkan aku juga mengharap agar kau menjadi teman pergi dari penatku Namun kusadar ternyata itu adalah semu Aku... Pernah sebegitu memohon kepadamu Aku juga sering mengeluarkan rengekkan kecil di hadapmu Tapi setelahnya aku sadar Bahwa tak melulu yang kumau harus terikuti Bahwa yang menjadi keinginanku mungkin saja tak menjadi inginmu Bahwa kau tercipta mungkin saja bukan untukku Terima kasih kamu. Juga maafkan... Jika terkadang di lelahku, Aku membutuhkanmu