Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2015

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Dear, You (Saengil Chukha Hamnida)

#ShortStory #Fiction Tangis itu bagian dari kebahagian pun kesedihan. Lalu bersyukurlah, karena dengan menangis ada kelegaan dalam diri. •••• Seorang ibu bertanya kepada anak perempuannya perihal foto yang menjadi gambar latar di ponsel sang anak perempuan. Entahlah, mungkin sang ibu sudah ingin melihat anak perempuannya memikirkan masa depan, memilih seorang pria untuk menjadi pendampingnya, dan memiliki anak sebelum sang ibu meninggal dunia. Setiap orang tahu betul bahkan sudah sering mendengar bahwa "Jodoh itu Tuhan yang mengatur". Sambil menatap layar ponsel anaknya, sang ibu itu kembali membuat pertanyaan. "Itu siapa?" Senyum menyeringai di wajah lembutnya terlihat antusias. "Ha?" Sang anak terdiam, memikirkan jawaban tepat dan cepat. "Oh, ini foto artis" sambungnya sambil meletakkan ponsel. "Tampan" seru sang ibu lagi. "Hehehe, iya. Namanya artis, tampan sudah pasti" anak perempuan itu kembali terdiam namun meme

Masa Kecil, Tak Terbayarkan

Semakin bertambah umur, kita pun menjadi semakin sensitif. Terkadang juga merindukan masa lalu. Masa kecil, lebih tepatnya. Ketika dewasa kita di tuntut untuk tegar. Mampu menghadapi dan bertanggung jawab atas hidup sendiri. Mandiri, begitulah katanya. Walau terkadang hati kita merasa terpuruk, akan tetapi otak mengharuskan kita untuk bahagia. Tetap bahagia, Selalu bahagia. Dengan begitu kita mampu untuk bertahan di kerasnya dunia. Pernah tidak ketika saat sekarang kita melihat anak kecil yang dengan asiknya bermain, tanpa disadari hati kita mengatakan "Coba saja kalau kalian sudah besar nanti, kalian pasti akan susah menemukan kepolosan seperti ini (masa anak - anak). Kalian akan merindukan masa anak - anak. Jadi nikmatilah dengan baik masa kecil kalian". Lalu saat itu pula masa kecil kembali terekam di sistem limbik. Bagaimana masa kecil kalian? Masih sepolos semestinya anak kecil atau malah telah mengalami masa - masa begitu keras selayaknya orang dewasa? Yang sudah mem

Setidaknya (?)

Dahulu semuanya menyenangkan... Tatapan kita masih saling bertemu. Dan semuanya, Seolah terlaksanakan seperti anganmu. Berjalan apik tanpa pernah tersadari Seperti Tuhan yang menempatkan namaku dan namamu berdekatan, Tanpa pernah kita rencanakan. Tak ada yang pernah tersadar ketika dicintai Hingga waktu yang telah lewat kemudian mengetuk pintu hati Dan disaat perasaan tak sama lagi Kau kan kembali mengingatnya dalam sepi Entah mengapa semuanya terlewati sebegitu perihnya Dan tak tahu lagi apa sebenarnya yang akan di tuju. Kosong, Sepi, Berantakan! Andai jika dengan sengaja menyakiti diri hingga tak bernapas lagi bukanlah dosa, Andai semua hal yang tak diinginkan terjadi tidak dengan tiba - tiba, Mungkin akan indah Mungkin yang benar memang harus terus melangkah Setajam apapun kerikil yang dipijak Sekuat apapun angin yang membawa ke arah jalan pulang saat telah melangkah pergi Semuanya tak pantas diteguk dengan sesak yang nantinya berujung mati. Harus bahagia.. W