Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
Manusia seakan lupa bahwa pohon yang dihujam badai serta teriknya matahari akan lebih kuat dari pada yang hidup di iklim yang baik-baik saja. Semakin diterjang, akarnya akan menjalar memegang bumi. Ia masih ingin terus hidup, tumbuh, dan bermanfaat untuk orang lain. Ia tak mau menjadi rapuh karena itu akan sangat menyakitkan bahkan mampu terbunuh pelan-pelan. Tak hanya hebat, menjadi baik pun penting. Karena menjadi baik pasti akan terlihat hebat. Karena menjadi baik akan menuntunmu pada waktu - waktu paling luar biasa. Di sudut dinding cicak mengendap - endap menanti Sang santapan malamnya. Demi mampu bertahan hidup ia bahkan tak melihat bahwa di bawah yang berjarak 2 jengkal ada kucing yang terus memantau pergerakannya. Mereka saling memangsa. Menggambarkan tubuh serasa paling berkuasa. Sudut pandangnya tak lain hanya pada dirinya sendiri. Merasa benar bahwa itu santapannya tanpa memperdulikan bahwa ia pun bisa menjadi santapan yang lain. Tak seperti binata