Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
Ketika lelah bekerja saja kita bisa merebahkan tubuh ke kasur dan nangis sejadi - jadinya. Sekuat - kuatnya manusia pasti tak jauh dari kata rapuh. Obatnya ya itu tadi, menangis. Namun yang tak terbayangkan adalah ketika sudah lelah bekerja, rindu pada ibu yang telah tiada pun malah ikut menyergap. Ah... Bayangkan saja bagaimana perasaannya. Hancur.
Yang lebih hancur adalah ketika kita harus mengesampingkan perasaan itu demi menguatkan diri bahwa perjalanan hidup di depan akan lebih keras. Kadang sempat bertanya - tanya, "Kenapa ibu diambil cepat oleh Allah? ", "Kenapa ibu tak boleh menikmati bahagianya punya cucu yang keluar dari rahimku kelak? ". Masing banyak lagi " Kenapa - kenapa" Lainnya. Tapi bukankah manusia harus tetap bersyukur?
Andaikan obat terbaikku ketika lelah dan putus asa belum pergi, mungkin tak ada tangis yang sering tumpah semenjak 3 tahun kebelakang. Mungkin aku yang sering menangis di kantor pun juga tak pernah ada. Tapi aku yang kuat seperti saat ini pun juga tak pernah ada jika ibu masih tetap di sisi.
Bu...
Lagi - lagi aku merindu dan menangis diam-diam. Kalau sudah begini, keluar kamar untuk makan ya harus pukul 23.00 wib ke atas. Aku cuma tak ingin ada raut wajah heran dari orang-orang yang engkau cintai di sini melihat mataku yang sembab. Bahkan akupun harus meredam suara sesenggukan yang hampir tak terkontrol ini di dekapan selimut tebal. Semoga pelukan Allah lebih menenangkan untuk masing - masing dari kita.
Lagi - lagi aku merindu dan menangis diam-diam. Kalau sudah begini, keluar kamar untuk makan ya harus pukul 23.00 wib ke atas. Aku cuma tak ingin ada raut wajah heran dari orang-orang yang engkau cintai di sini melihat mataku yang sembab. Bahkan akupun harus meredam suara sesenggukan yang hampir tak terkontrol ini di dekapan selimut tebal. Semoga pelukan Allah lebih menenangkan untuk masing - masing dari kita.
Walaupun saat ini obrolan kita harus melalui perantara Allah SWT, tapi aku menikmatinya. Aku menikmati bisikan - bisikan ku padaNya yang sedang merindumu. Semoga Allah terus menegur lembut ketika salahku mulai datang. Agar ibu tenang bahwa anakmu ini tak akan pernah nakal.
Sincerely yours
Comments
Post a Comment