Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

💕💕

Ibu, Entah sampai kapan rasa sesak ini masih terasa Entah harus dengan cara apa kutanggalkan air mata merindumu.. Kini lelahku tak mampu terobati tanpamu Dan bahagiaku tak pernah terbagi lagi kepadamu.. Ibu... Aku pernah ada diposisi menunggumu lama hingga senja menyapa.. Melihat setiap orang bersilangan menuju apa yang ada dikepala Memegang kertas kertas yang tak tahu untuk apa Lalu kau datang dengan senyum cerah dilelahnya harimu menjawab soal-soal ujian untuk menunjang karirmu.. Dan Ibu... Lama setelah itu aku pun pernah ada di posisi menunggumu lama... Diruang bersekat kain putih yang berteman tempat tidur tak mewah Melihat selang infus berada di tangan kanan dan kiri Melihat selang makan memasuki rongga hidung agar engkau mampu tetap bertahan Matamu tak lagi menatap kuat Semangatmu semakin melemah Saat itu cintaku rapuh Dan setelah kehilanganmu hatiku patah Sepatah patahnya...

Yang Memintamu dalam Do'a

Kau tau hal yang paling indah setiap hariku? Yaitu menceritakan tentangmu hingga memintamu padaNya dalam doa Yang sesekali ada bulir mata menyapa sajadah Juga senyum bahagia terus merekah Akulah yang memintamu dalam do'a Meminta agar kesehatanmu terjaga Pun segala perlindungan dari setiap aktifitasmu Setiap lelah.. Aku hanya ingin bercerita. Kepadamu... Walau hanya sebentar saja.. Maaf jika terus memintamu padaNya.. Sebab hanya itulah yang aku bisa Mengagumimu.. menginginkan kamu... Teruntuk kamu yang kuminta dalam doa... Mengertilah bahwa kepadaNya lah terus kuhatur setiap pinta

To my mozarella cheese

Teruntuk kamu, My Mozarella C heese... Ada berulang - ulang pertanyaan yang selalu kamu ucap tentang mengapa aku sayang denganmu bukan? Bahkan aku pun selalu tak pernah memiliki alasan mengapa aku menyukaimu. Sebab rasa sukaku hadir disaat Allah mengabulkan  doa yang kuucapkan padaNya di setiap shalatku. Sejak itu, aku menambahkan satu hobbyku selain membaca dan menulis. Ya, hobbiku satu lagi adalah berdo'a. Maaf jika aku selalu mendoakanmu dalam shalatku. Perihal perlindungan atasmu, rezeky, keselamatan, kesehatan dan beberapa hal lain seperti untuk selalu dijatuh cintakan kepadamu. Doaku saat dulu  adalah aku ingin agar Allah membuatku mencintaimu, membukakan hatiku untukmu, harus bisa membuka diri untuk mempersilahkan kamu hingga  selanjutnya akupun berikhtiar menanti jodoh terbaik untukku. Untuk yang selalu kuperjuangkan dan kuusahakan, aku tak pernah merasa sia-sia atas segalanya. Adalah kamu alasan tiap kali aku harus bersemangat menghadapi hari. Entahlah.... semangat terh

Ketika Lelah

Ketika lelah... Aku hanya butuh meredam suara Lalu menangis sejadi - jadinya Dan setelahnya... Aku lega Semoga engkau masih terus di sisiku, Allah Agar aku bisa menceritakan hari-hariku Agar sesakku bisa berkurang sebab Engkau yang telah manabah dada Agar ada alasan lain bagiku untuk terus menginginkannya... Sebab karenaMu, aku mencintainya.

Patah sepatah patahnya

Aku pernah ada di posisi menunggumu lama... Melihat selang infus berada di tangan kanan dan kiri Melihat selang makan memasuki rongga hidung agar engkau mampu tetap bertahan Matamu tak lagi menatap kuat Semangatmu semakin melemah Saat itu cintaku rapuh Dan setelah kehilanganmu hatiku patah Sepatah patahnya...

Kembali Pulang

Yang tidak mereka tahu Aku selalu menasehati diri sendiri agar tak terus menahan sesak Yang tidak mereka tahu Pernah ada senyum yang sebenarnya adalah tamengku untuk terlihat bahagia Yang tak mereka tahu Ada rasa menyerah namun digagalkan oleh kebodohan yang terjadi berulang - ulang Yang tak mereka tahu Aku lelah selalu berpura - pura Yang tak mereka tahu Rapuhku selalu kukumpulkan pelan - pelan walau ketika sudah membaik aku kembali jatuh.. Berantakan.. Terseret oleh keadaan.. Mengertilah... Ketika hatimu bertolak belakang dengan pikirmu Ketika kebodohan semakin lama semakin tak terkatakan Ketika tak ada pembelaan atas rasa sedihmu Ketika rasa malu tak lagi menjadi prioritasnya Ketika langkah kaki entah mengapa terlihat menyedihkan Mungkin akhirnya akan ada saat di mana harus kembali pulang Kembali yang sebenarnya Tak lagi bodoh Tak lagi terlalu baik Tak lagi menyusahkan hati yang tiap hari terus ditambal agar darahnya tak berkeluaran Agar ia semakin kuat hingga

Jatuh

Mencintaimu... layaknya merajut Kadang aku tertusuk... Kadang benangnya saling menimpal lalu dengan hati - hati aku mengulangnya Seperti itulah setiap insan yang sedang dijatuh cintakan... Hatinya terkadang sering jatuh Namun atas nama Tuhan... ia mencoba bangkit lalu bahagia kembali dengan cara uniknya... Entah kenapa setiap tatapan yang saling menusuk tajam membuat sang empunya merasa lelah.. Lelah akan cerita yang sebenarnya akankah berakhir indah atau tidak Tapi begitulah jika saling mencinta.. Jika mereka percaya, Maka Tuhanpun tak akan salah untuk menyatukannya...

Entah mana yang harus di bahagiakan (?)

Apakah fisik yang harus dibahagiakan? Atau malah jadi... membahagiakan (?) Membahagiakan yang terkadang malah seakan tutup mata Entah dengan sengaja, Atau pula tak pernah tersadarinya.... Lalu seperti apa cara membahagiakan pikiran? Yang menurutku adalah bagian terpenting. Bukan fisik atau pula lainnya. Jika jarum jam bahkan tak mampu menghentikan detiknya... Lalu bagaimana dengan secercah harap yang terus menunggu sang waktu. Yang atasnyalah ia melabuhkan sekumpulan angan-angan yang dengan indahnya berkepak kesana kemari. Entah apa yang dicarinya. Apakah "bahagia?" "Bahagia seutuhnya(?)" Lalu direkatkan sayap - sayap angan yang lelah itu... Serasa patah Dan tak tahu mana yang harus disembuhkan... Dan mana pula yang layak ditinggalkan. Pada akhirnya... Dimanakah tempat terbaik menutup mata...

Butuh Kamu

Aku pernah ingin melarikan diri di kesunyian Namun yang kubisa Ialah hanya melarikan diri pada kumpulan lagu-lagu favorit Aku bahkan tahu kepenatan butuh obat Butuh alam untuk memeluk susunan syaraf di kepala Agar hariku tak melulu penuh dengan kata "bosan" Agar tak ada lagi jemari - jemari yang mengetuk kesal meja kerja Dan bahkan aku juga mengharap agar kau menjadi teman pergi dari penatku Namun kusadar ternyata itu adalah semu Aku... Pernah sebegitu memohon kepadamu Aku juga sering mengeluarkan rengekkan kecil di hadapmu Tapi setelahnya aku sadar Bahwa tak melulu yang kumau harus terikuti Bahwa yang menjadi keinginanku mungkin saja tak menjadi inginmu Bahwa kau tercipta mungkin saja bukan untukku Terima kasih kamu. Juga maafkan... Jika terkadang di lelahku, Aku membutuhkanmu

Mahkota di Dada

Ada yang menggelitik hati kala mengingat sang mahkota di dada Lalu rindupun mengikut darah Menegupkan urat - urat di jantung Membuat desiran darah seakan berirama Rupanya rindu lupa jalan kembali Sang mahkota di dada pun hanya menatap sendu Haruskah ia menuju rindu lalu menolongnya.. Ataukah tetap diam menatap rindu yang bahkan tampak resah ingin menyerah Bahkan sebelumnya logika telah mengingatkan.. Akankah kau mati menyiksa rindu sendirian Atau jangan pernah coba masuk ke mahkota dada yang tingkat rasanya sungguh mampu menyesak dada... Ah entahlah, Rasanya ingin kutolong rindu yang sepi hanya berteman gelap Semoga saja, rindu tak lupa jalan pulang Lalu kembali berteman pada logika Dan kembali bergandengan mesra

15:09

Aku berhenti padamu di 15:09 Bukan karena tak ada rasa Namun lebih baik mundur daripada penuh dengan kepura - puraan darimu Lebih baik mundur dari pada ada sesak sendiri yang menerobos hati Aku tak akan memaksa siapapun Sebab rasa sayang tak baik jika terpaksa Bahkan aku juga tak ingin menjadi berdosa atas perasaanku Perasaan yang bahkan aku tak tahu mengapa seperti ini Yang hanya aku ingin darimu Tak perlu lagi berbohong karena merasa sepi Sebab ada rasa tak baik jika dipermainkan. Pernah dengar pepatah? "Apa yang kau semai, itulah yang kau tuai" Aku hanya ingin agar kau jauh dari hal - hal buruk seperti yang kau lakukan pada hati lain Aku ingin agar kau tetap jadi baik demi dirimu sendiri Aku ingin hal buruk tak menghantui masamu Jangan karena sepi kita berdusta Menghadirkan yang sejatinya tak ada menjadi ada Menerbangkan angan insan lain yang sayangnya tulus padamu Memberi harapan - harapan kosong lalu mempercayai sendirian Lalu setelahnya kau menghilan

Merindu kamu

Saat ini saja kabarmu sudah tidak kuketahui Lalu bagaimana nanti? Entah kamu masih menujuku atau tidak Entah masih ada aku di ingatanmu entah juga tidak Sayang, Andai saja kau tahu Tak ada nama lain selain kamu yang kutuju Tak ada lelaki lain di hati ini Sebab masih kamu penghuninya Maaf jika ada pemikiran lain darimu yang tak kuketahui Sebab aku bukan Tuhan Aku tidak begitu sempurna Aku hanya makhlukNya yang masih terus meminta padaNya Dan satu yang pasti, Aku tidak menjauh darimu sayang Percayalah.. Ketika Tuhan yang berkuasa membolak balikkan hati beraksi, Maka aku atau kamu pun tak akan pernah tahu tentang yang terjadi nantinya Semoga saja.. Hati kita masih sama seperti ini di tahun - tahun berikutnya... Jika pada akhirnya kamu sudah lelah, bertahanlah sebentar Mungkin Tuhan sedang mengujimu, mengujiku Kelak.. Lelahmu dan lelahku pasti akan mencipta bahagia Ya, Mungkin saja.. Seperti yang Tuhan tuliskan di kitab suci yang kita imani, Jika Tuhan berkata jad

Sayang

Sayang, Aku tau kekecewaan itu muncul ketika kamu telah berharap walau hanya sedikit saja.. Tapi yang tidak kamu tahu, Ada aku yang terus mendoakanmu tanpa henti.. Yang tidak kamu tahu, Bahwa sedang ada yang aku perjuangkan perihal kamu.. Yang tidak kamu tahu, Waktuku sedang kuatur sedemikian rupa agar aku banyak mengisi hari - harimu.. Yang tidak kamu tahu, Ketika kamu mulai menyerah, aku tanpa henti terus ada dibelakangnmu Yang tidak kamu tahu, Bahwa aku adalah pembela diam-diammu saat banyaknya orang menghakimi dibelakangmu.. Semoga saja pengertianmu mampu membuat kecewa itu pudar hingga tak berbekas.. Kau tahu perihal banyaknya orang yang menghasutku untuk tak menujumu? Aku dengan yakin tetap ingin ada di sampingmu.. Sebab aku yakin bahwa kita memiliki rasa yang sama walau kau berusaha untuk menyudahinya Teruntuk kamu sayang... Akan kuukir hari indah Lalu kita saling memiliki waktu Bersama... Hingga tak ada kata lelah..

24 Tahun Tanpamu, Ibu

Ada yang mengatakan bahwa semakin bertambah umur, itu berarti jatah kita hidup di dunia semakin berkurang. Dan ada lain lagi yang mengatakan bahwa ketika umur bertambah, siap tidak siap kita harus menghadapi cobaan hidup yang sebenarnya. Harus tetap bertahan katanya. Apalagi berbicara tentang kehilangan. Iya.. 24 Tahun tanpa ucapan dari sosok terpenting dalam hidup. Teruntuk kalian..... Terimakasih perihal do'a - do'a yang terucap manis dan ikhlas. Semoga bukan hanya kalian saja, tapi Tuhan pun juga turut mengaminkannya. Lalu mengabulkan beberapa pinta yang kuhaturkan tiap kali aku bersujud padaNya. Semoga saja, Namaku pun masih terus terhatur di antara do'a - do'a indah bagi orang - orang yang dengan tulusnya mencintaiku. Semoga saja pun begitu padamu, Iya, Kamu.