Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
#ShortStory #Part II Baca Part I disini " ini formulirnya pak" " loh, kenapa sya? Bukannya kamu suka menulis? Dan bukannya kamu sering mengikuti kompetisi menulis?" " Sepertinya saya tidak bisa pak. Mood saya tidak cukup baik akhir - akhir ini. Permisi" kuakhiri pembicaraan kami berdua dengan hening membuntuti tanda tanya. Harus kurelakan sebuah kompetisi menulis itu karena tak tahu lagi bagaimana aku dapat melanjutkannya. Tak ada alasan lebih jelas yang membuatku terpaksa mengikutinya. Wajah lelahku menyapa ruangan kelas dengan langkah gontai tak tegas. Kuambil tasku lalu kembali kutapakkan jejak meninggalkan ruangan kelas tanpa sepatah kata. Drrrtttt drrtttt drrttttt getaran yang ketika menemui dosen Object Oriented Programmingku terus bergetar masih tetap tak kuhiraukan. Kutatap cahaya matahari yang kini tepat berada di atas kepala mengartikan pukul 12.00 siang merangkak naik. Kuikat rambutku yang tadinya tergerai melindungi tengkukku, menyeka ke