Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2015

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Kata Mereka

Akhir - akhir ini setiap bertemu dengan orang - orang baru, pertanyaan atau anggapan mereka pasti enggak jauh - jauh dengan yang namanya: tinggi, pramugari, model or something like that. Kalau dibilang bosen, yes I am. Tapi ya mau gimana lagi, toh mereka baru tahu saya. Wajarlah untuk pertanyaan yang berhubungan seputar tinggi. Sometimes merasa biasa aja dengan tinggi 170 cm ini, banyak juga kok orang tinggi. Lebih tepatnya, wanita tinggi. Tapi ya itu, praduga wanita tinggi pasti berhubungan dengan pramugari dan model. Jarang gitu ada yang bilang, "kamu floor director, ya?" Hehehe. Mungkin karena namanya enggak sering mereka dengar kali ya. But I don't know what, suka seneng aja kalo ada yang ngebahas tentang floor director or hal - hal yang berhubungan tentang broadcasting. Terkadang juga banyak yang nyuruh jadi yang enggak saya mau. Intinya, saya yang punya badan tetapi orang lain yang nentuin hidup saya. It's okay, masih wajar kalau cuma sekadar andai-andai dari m

Mr. Sardewo

#NulisHoror Aku berjalan tertatih - tatih mendekati pintu reot yang disentuh pun langsung mengeluarkan abu yang banyak hingga tak sengaja beberapa bagian harus patah. Kususuri perlahan lorong gelap yang menghubungkan ruangan dapur bergaya bangunan Belanda itu dengan area Garasi yang letaknya cukup jauh ke belakang. Malam semakin terasa dingin berbalut rinai gerimis yang terus menghujam jaket putihku. Dari kejauhan tampak sesosok pria tua menghadap ke arahku yang berteman lampu ponsel. Kupandangi lekat lekat hingga rasa penasaranku pun tak bisa ku tanggalkan. Nafasku semakin memburu tentang apa yang baru saja kulihat di Garasi mobil rumah baruku. "Sedang apa kamu?" Tanya pria tua itu dengan sangarnya. "Maaf, bapak siapa ya?" "Saya Sardewo, penjaga di area daerah sini. Wilayah rumah ink sudah saya hafal betul. Jangan sekali - kali kamu masuki Garasi tua itu" jelasnya dengan membalikkam badan meninggalkanku. "Tunggu!!! Kenapa memangnya saya tidak bo

Hidup Tanpa Media Sosial

Hari tanpa medsos? Yes, I did it. Saya baru aja pulang dari masa kecil saya yang hidup tanpa media sosial. How about it feeling? Mmmmm I felt free. Sejatinya di tahun - tahun yang katanya era digital, honestly dulu saya gak bisa hidup tanpa media sosial. Tapi akhir - akhir ini, I can live without social media *ketawa riang* I'm happy finally saya bisa gak ketergantungan dengan layanan itu semua. Entah kenapa saat memulai on my packet data, saya kembali stress lagi. Semua notification buat otak saya riweuh pisan. Tentu, semua yang membuat ketergantungan itu ada plus dan minusnya. Kalau ditanya plusnya, banyak..... ditanya minusnya juga banyak. Plusnya adalah semua hot news bisa kita ketahui langsung tanpa beberapa jam setelah kejadian, interaksi sosial semakin mudah, ilmu yang di dapat juga semakin banyak ketika kita berselancar di dunia maya, intinya kalau kita menggunakannya dengan sepositif mungkin kita bakal merasakan indahnya media sosial sendiri. And the minus? Yes, kita jadi

Cint♥ Tapi Beda

Katanya perbedaan itu indah Katanya perbedaan itu bumbu termanis dalam hubungan Katanya lagi dengan perbedaan kita dapat saling menghargai hidup seseorang Namun ternyata pada akhirnya ada perbedaan yang malah tak dapat disatukan Sebuah fakta tentang perbedaan yang tak terelakkan lagi di relung hati Sebab sudah tahu betul akan banyaknya absen persetujuan mulai muncul atas dua anak manusia yang saling mencintai tak boleh menyatukan hati... Perihal hidup bahagia? Setiap orang juga pantas hidup bahagia, walau tak saling bersama. Ya, begitu katanya dari salah satu yang menentang perbedaan untuk bersatu. Lalu dikatakan egois? Entahlah, tapi yang tersadari bahwa Tuhan tak pernah egois. Kehidupan di bawah langit memang tak dapat diduga Seperti mencintai yang berujung pilu namun tak jarang juga kebahagiaan direngkuh Seperti mereka yang harus terpisahkan walau hanya saling berdoa. Mungkin yang satu bersujud dan seorang lainnya berlutut sembari memejamkan mata dengan tangan mengepal

Fur Ellise

# NulisHoror "Sampah dari mana lagi ini??!!" Gumamku kesal sambil mengarah mata ke seluruh arah. Entah aroma apa saja yang muncul, kulayangkan kembali bola mata berbalut kacamata pada sebuah kamar. Langkahku tertatih dengan tangan masih memegang sapu berwarna silver itu. "Awwww" kutekan tangan pada telinga. "Musik itu lagi?? Mama...." teriakku terus berlari ke arah kamar. Namun entah mengapa musik fur ellise yang selalu mengusik mimpiku kembali mengikuti derap langkahku. Dedaunan pun kembali masuk dari jendela kamar. "Gubrakkkk??!!!" Pintunya terkunci. "Dukkk dukk gubrakkk" lemari pun ikut bergetar, kulangkah kaki perlahan dan musik itu pun semakin kuat terdengar. Kubuka perlahan lemari, dan..... ada yang tersenyum dengan darah mengucur dari lubang telinga, mulut, serta matanya.

Menggenggam Bumi

#rabumenulis " Berterima kasihlah pada segala yang memberi kehidupan......" kata seseorang yang selama ini mendedikasikan dirinya dengan alam seperti hobby yang tampak pada aktivitas masa liburnya. Ia berjalan sembari memunguti sampah - sampah yang tertinggal atau mungkin saja sengaja ditinggalkan oleh para pengunjung yang menjejakkan kakinya di tanah karo, sekitaran gunung Sibayak. "Kamu tahu? Ini adalah tingkah anak - anak yang ingin disangka oke, tapi sejatinya mereka sama sekali tidak oke. Sampah, paku - paku yang ditancapkan di pohon entah atas dasar apa" sambil melepasnya satu persatu. Matanya tak sedikit lengah pada sekitar, ya aku tahu bahwa ia sangat mencintai alam sama sepertiku yang sudah tertular oleh sifatnya. Sangat membenci setiap orang yang dengan pikiran sadarnya membiarkan sampah - sampah terhempas angin, bukan malah di pungut lalu diletakkan ke tempat sampah. Gulungan awan menghadirkan angin yang membuat tubuh tiba - tiba saja tersentak. Ku mund

Kepada Yang Ditinggalkan

Kepada yang ditinggalkan.... Redupkanlah api amarah yang melamat - lamat jiwa Sekahlah air mata yang luruh Tepislah gejolak emosi yang mendaki tanpa henti Kepada yang ditinggalkan.... Barukanlah hati dan amarahmu Rengkuhlah kabar bahagia setiap detik Kepada yang ditinggalkan.... Tak ada lagi sepi menyisip di hati Saat desau angin kian merambat menghasil ketenangan mengharap tunas - tunas bahagia berkabar tak terputus, Terimalah dengan seluruh hati Tak ada yang ingin meninggalkan, pun ditinggalkan Perihal menanggalkan sepi yang selalu kau tanam di kepala, Kibaskanlah serpihan masa lalu saat ini Tak perlu saling membenci, serta mencaci maki Kau tahu bagaimana cara bangkit perihal ditinggalkan? Setelahnya senyumlah, ikhlaskan, dan bertemanlah pada semesta. Kisaran, 04 April 2015

Dua Hati Menyesap Rindu

Sore merangkak sepi Seorang puan gelisah menanti rindu Ada semilir riang berkabar di seberang Melintasi jembatan meneguk suka cita Ada gemuruh masih mentita hati Terus menyerap kalsium di setiap syaraf diri Matanya berbinar... Tuan berkemeja putih datang dengan sebucket mawar di tangan Rintihan nafas tak terelakkan Rinai hujan menghujam kepala Tapakan kakinya memburu Dua insan saling mendekap hangat, meleburkan rindu yang setahun tanpa temu Senja memburam dan mengucap selamat tinggal pada semesta Serta dua kepala yang mengarah padanya Kian bisu..... Hanya lembut angin yang menderu Menyesap cerita dari hati Menyergap sukma tanpa perlu saling bercengkrama Menguliti senja berganti malam yang temaram Sabtu, 04 April 2015 11:00 am