Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

MENIKMATI RINDU

Mungkin jika ditanya, apa hal paling berat dari sebuah perpisahan? Sebagian orang akan menjawab: “Menahan Rindu”. Lagi – lagi “Rindu” mengambil perannya lagi atas sebuah kenangan. Sebuah rasa yang masih tertinggal yang terkadang suka mucul sendiri tanpa diminta. Walau ada bermacam – macam tipe manusia, namun tak usah dipungkiri Rindu membuat yang merasakan begitu menikmatinya. Walau sesaat. Ada yang dengan teguh berusaha mengabaikannya, ada yang sesekali goyah atas hati yang mencoba bangkit, ada yang masih rindu tapi takut dimarahi teman – teman terbaik, bahkan ada yang hanya menahan rindu bersama sepi di penghujung ibadah. Ada doa yang dilamat – lamatkan tak henti berharap Tuhan segera menghapus rindu agar sang perindu tak merindu sendiri.  Jadi karena rindu datang secara alamiah, ada baiknya tetap menikmatinya saja. Toh nantinya rindu pun juga akan pergi dengan sendirinya berjalan dengan hembusan angin ditiap hari. Mungkin ketika rindu datang menggebu –gebu, za

Kita Dihadapkan Pada Surga dan Neraka (?)

Egois sejatinya adalah sifat tak baik yang harusnya dihindari. Beberapa hari yang lalu saya baru saja ditimpa musibah. Bisa dikatakan karena terlalu sebegitunya mungkin saya mencintai dunia. Kala itu ada sebuah teguran hebat yang terjadi seumur hidup. Ditarik lebih jauh, memang sepatutnya kita memiliki tingkat intropeksi yang tinggi akan banyak hal yang sedang kita alami. Terutama pada sebuah musibah. Tak ada yang menginginkan musibah, begitu pun aku.  Dalam kehidupan sebenarnya Tuhan selalu menghadapkan umatnya pada Surga dan Neraka. Jalan yang manakah yang akan kita tempuh? Apakah kita lebih mementingkan nafsu belaka? Bagaimanakah cara kita menikmati hidup? Seharusnya dari beberapa pertanyaan itu, kita tak boleh lupa bahwa kita hanyalah seorang manusia yang memiliki tingkat kekhilafan tinggi. Lalu untuk menjaga kestabilannya, adalah dengan terus mengingat Tuhan sang Maha Agung.  Dari musibah yang baru saja terjadi beberapa minggu lalu, saya menarik kesimpulan bahwasannya a

Selamat Hari Blogger (selamat menjadi bagian dari cerita hidupku)

Well... 27 oktober tiba lagi. Walaupun bukan blogger aktif namun saya selalu menyempatkan menulis paling tidak "one post one month". Sebagai perekam masa, dan pemilik rumah kata, rasanya ingin sekali juga mengucapkan selamat kepada beberapa orang yang menjadi bagian dari cerita hidup ini. Yang sebenernya saya pun turut mengabadikan mereka di rumah kataku. Satu kutipan bijak pernah kudengar dari pesan seorang atasan  di kantor: " Manusia itu harus dipaksa " katanya. Ya, menulis pun seperti itu menurutku. Dibalik kacaunya cerita hidup, sibuknya jadwal pekerjaan, lelahnya tubuh, terkadang memang harus ada paksaan untuk menjadi konsisten agar yang diinginkan tak hanya sekadar sebuah wacana. 2 tahun kebelakang rasanya sudah tak ada lagi project menulis dengan batasan waktu yang mampu mengasah tulisan menjadi lebih baik. Entah karena tiap - tiap insan sedang memulai project baru untuk dirinya sendiri, atau mungkinkah saya yang kurang giat ingin tahu seperti dulu(?). Rasa

Biarkan Hati Menyembuhkan Dirinya Sendiri

Sejak tahu rasanya perpisahan itu menyedihkan, sekarang di tiap pertemuan dengan orang - orang baru aku tak lagi tampak bahagia. Sebab aku harus mulai menyadarkan diri bahwa sebenarnya yang harus di sedihkan adalah pertemuan. Satu temu akan mengurai banyak cerita. Lalu perlahan - lahan ada rasa nyaman yang tak ingin pisah. Padahal kalau diingat - ingat sebelum bertemu dengan mereka para orang - orang baru, hidup kita adalah baik - baik saja.

Pesan yang Tak Pernah Sampai

 #ShortStory Katanya hanya dengan mengikhlaskan, maka segalanya akan menjadi lebih indah. Begitu pun pada pria yang saat ini tengah di rundung pilu. Pria bertopi army dengan langkah tegap didukung dengan sepatu bootnya menyeka beberapa bulir keringatnya yang tumpah. Langkahnya tiba - tiba saja terhenti, badannya tak lagi terlihat sekuat 3 jam sebelumnya. Ia pun mendaratkan tubuhnya pada rerumputan luas yang semakin menghijau. Matanya menatap langit sesaat lalu memejam lama. Kini tak lagi buliran keringat, melainkan air mata. Bahkan lelaki yang katanya makhluk paling tegar pun mampu rapuh. Bahkan latihan fisik yang tak pala hebatnya menjadi seorang tentara itu pun tak berpengaruh dari pada hati yang saat ini menjadi lemah. Ada ingatan yang tiba - tiba melemahkan semangatnya. Diatur nafasnya yang terputus putus dengan mulut setengah terbuka. Di rogohnya saku kanan mengambil ponsel bertuliskan "Reksa" di belakang pelindung ponsel. Tanda ceklish 1 masih menguasai isi seb

Kita Merdeka, Kita Indonesia

Merdeka. 1 kata penuh jutaan makna dan sudut pandang. Mungkin dentuman senjata, bom tak lagi terdengar di tanah yang katanya subur ini. Namun dari sisi hal lainnya? Anak - anak yang masih belum bisa mengenyam pendidian, saudara - saudara kita yang hidup di jalan tanpa papan dan sandang yang terkadang hanya sehelai yang melekat di badanna, ataupun kepada para penerus Negara yang tingkat demokratisnya harus terkungkung karena 1 dan lain hal. Entahlah, apa masih bisa dikatakan merdeka kah? 73 tahun sudah Indonesia terlepas dari penjajah, dan 25 tahun sudah saya merasakannya. Semoga saja Indonesia mampu bersaing dengan Negara - Negara maju di sana, tak lagi dijajah baik dengan segi pemikirannya. Semoga saja apa yang menjadi milik kita tak dirampas oleh tangan - tangan di luaran sana ataupun oleh tangan - tangan yang tak mencintai Indonesia.  Bukan hanya pemerintah, hendaknya tiap - tiap dari kita pun ada baiknya sama - sama menjaga, saling peduli, tetap menanamkan nilai saling tol

Kami Pramuka

Siang itu riuh rendah suara mengisi ruangan beranggotakan 40 siswa/siswi serta seorang guru sejarah berkacamata berumur sekitar 30an. Suaranya yang lantang menggema keseisi ruangan. Murid-murid yang tadinya saling canda sesaat diam tanpa gerakan bebas. "Kalian tau kalau kalian banyak? 40 mulut dengan beragam intonasi. 1 banding 40. Saya tau kalau kalian tidak menyukai kelas saya yang selalu memberikan hafalan-hafalan tentang Proklamasi, perjalanan Kerajaan Persia Dinasti Achaemenid, Deklarasi Djuanda, hingga sejarah tentang peradaban awal di Indonesia." Suara yang lantang itu kembali melemah. Ada hening sesaat sembari langkahnya kian maju di depan meja barisan pertama. Tepat di hadapku. Matanya menjuru ke semua 40 pasang mata yang saling menatap gantian. "Sejarah tidak harus dibenci. Sejarah itu membuat kalian mencintai tanah pusaka. Membuat rasa menghargai masa lampau begitu besar hingga mampu bersyukur menikmati masa kini. Bukan semata tentang berapa nilai yang kal

Kamu, juga Senjaku

Perjalanan Magang

Entah kenapa rasanya pengin banget ceritain masa - masa pas zaman magang. Mungkin karena efek gak sengaja nemu foto magang . Jadi dulu, pertengahan 2013 pas laporan KP (Kerja Praktek) dimulai, fakultas mengharuskan untuk job training alias magang di perusahaan (yang ada PT.nya gitulah). Padahal awalnya udah izin sama tempat magang yang bukan PT (di Perpustakaan Umum). Dengan malunya kita ber-empat minta maaf karena gak bisa melanjutkan magang di tempat tersebut. Sempet bingung dong ya harus magang di mana. Sama sekali gak keinget tempat manapun kecuali PT. INALUM karena anak-anak sefakultas kita which is dari Prodi Teknik Sipil pernah ke sana. Akhirnya kita mengumpulkan personil  ada 6 atau 7 kereta (read: motor) pergi ke indrapura. Mungkin karena efek pengin cepet magang, kita pada gal takut gitu . Well, surat untuk penghantar dari kampus sudah di tangan... Dan yah, kita ketemu dengan salah satu karyawan mereka. Dengan berat hati setelah beberapa pertanyaan terlontar, bapak ters

Anak Kecil Penjual Koran

#ShortStory Anak kecil itu menyeka wajah lelahnya yang berhias peluh. Di bahu kanannya tersampir handuk kecil. Tangan kanannya memeluk erat tumpukan koran yang masih terlihat banyak. Dikejauhan ia mendapati diriku, kami saling menatap. Mungkin dipikirnya aku adalah salah seorang yang pas untuk ditawari koran miliknya sebab mataku memang tak lepas darinya. Kaki - kaki lelahnya yang beralaskan sendal merk paling dikenal di indonesia "swallow" bertali biru itu sudah tampak lusuh. Ada senyum harap dari raut wajahnya. Dan beberapa puluh detik kemudian tubuh kecilnya sudah berada di depanku. Diulirkan tangan kanannya yang menggenggam sebuah koran dengan mengganti tumpukkan koran ke lengan kiri. "Koran mbak" lagi kami saling menatap. Mataku terperanjat, entah mengapa aku masih sedikit kaget. "Oh..emm... iya. Berapa dik?" Jawabku terbata - bata. "7000 saja mbak" matanya berbinar. Sepertinya ada harapan baik di matanya menawarkan yang ia jajakan.

Di Batas Pisah

#ShortStory Dering ponsel membangunkan Aira yang tampak nyenyak tidur seolah - olah ia sehabis begadang. Padahal kenyataannya wanita itu tak lagi sanggup begadang seperti zaman kuliah dulu. Entah faktor umur atau pekerjaannya kini membuatnya tak terlalu sanggup menahan kantuk. Dengan mata yang sedikit terbuka ia berusaha membaca nama si penelpon yang membangunkannya bagai alarm paginya. Tiba - tiba detakan jantungnya sedikit melonjak. Ada sebuah nama tak asing yang ia anggukkan janjinya malam tadi untuk membantunya mengambilkan foto di tempat yang sudah direncanakan.  "Astaghfirullah" ucapnya pelan sambil mengarahkan mata pada jam dinding di hadapannya. Ibu jarinya sedikit ragu untuk mengangkat panggilan. 08.10 wib menjadi saksi bahwa Aira telah melewati waktu janjinya pada si pembuat janji jika mereka akan bertemu pukul 08.00 wib. Tak lagi ragu wanita itu tampak mengatur suara parau khas bangun tidurnya menjadi lebih lembut dan mengatur nafas yang tak sejalan dengan

Sampai di 6 Mei (lagi)

Sampai kepada 6 mei kembali Sampai kepada tanggal di mana untuk melaluinya pun tercipta berbagai rintangan Sampai kepada air mata keluar tanpa diminta Yang tak tahu harus berbahagia atau malah bersedih Namun Tuhan, Aku percaya setiap hari menuju hari ini tak kulengahkan rasa syukur atas semua nikmat Terimakasih telah menciptakan kenangan - kenangan baik Memapahkan tubuh ini agar tetap kuat Sembari menunggu cerita indah di depan sana yang pasti telah ENGKAU siapkan dengan apiknya

Pintu Terakhir

Kesalahan adalah pembelajaran. Dan saat ini Tuhan benar -  benar mengetuk pintu hati. Teruntuk kamu yang pernah datang, Terima kasih atas pembelajaran hidup yang luar biasa ini.. Terima kasih telah mengenalkanku akan kejamnya beberapa bagian dari perjalanan hidup Terima kasih telah membuat aku jatuh perlahan - lahan Terima kasih telah menyadarkan bahwa hidup itu melelahkan namun harus tetap berjuang Terima kasih telah membuat pikirku tak lagi mudah menerima pria lain yang mungkin hanya mempermainkan Kini ada deruan ombak menyapa hati Yang perlahan kucoba sabarkan dada sambil sesekali mengusap perih Lalu kembali menyadarkan hati dan menghatur kembali pada sang pencipta Bahwa aku tak lagi boleh serendah ini Bahwa aku tak pantas dipijak secara perlahan lalu mati tak berguna Bahwa aku tak lagi boleh memberikan seluruh hati selain untuk keluarga tercinta. Semoga ingatan baikku tak membuat benci terus merajalela Semoga tulisan pengingat ini tetap menjadi cubitan kecil kala aku

Pintu Terakhir

Kesalahan adalah pembelajaran. Dan saat ini Tuhan benar -  benar mengetuk pintu hati. Teruntuk kamu yang pernah datang, Terima kasih atas pembelajaran hidup yang luar biasa ini.. Terima kasih telah mengenalkanku akan kejamnya beberapa bagian dari perjalanan hidup Terima kasih telah membuat aku jatuh perlahan - lahan Terima kasih telah menyadarkan bahwa hidup itu melelahkan namun harus tetap berjuang Terima kasih telah membuat pikirku tak lagi mudah menerima pria lain yang mungkin hanya mempermainkan Kini ada deruan ombak menyapa hati Yang perlahan kucoba sabarkan dada sambil sesekali mengusap perih Lalu kembali menyadarkan hati dan menghatur kembali pada sang pencipta Bahwa aku tak lagi boleh serendah ini Bahwa aku tak pantas dipijak secara perlahan lalu mati tak berguna Bahwa aku tak lagi boleh memberikan seluruh hati selain untuk keluarga tercinta. Semoga ingatan baikku tak membuat benci terus merajalela Semoga tulisan pengingat ini tetap menjadi cubitan kecil kala aku

Sebatas Tepian Hijab

Kusampaian bait-bait doa setiap hari Perihal apa - apa yang ku rasa Namun tetap pada hakikat dan norma-normanya... Bukankah tak selamanya yang mencinta harus saling memiliki? Bukankah setiap apa yang kita ingin harus selalu tersegerakan? Lalu kulekatkan kembali remah-remah hati yang sebelumnya patah Seperti yang seseorang katakan, Mencintailah hanya sebatas tepian hijab Agar apa yang tertutup erat tak terlepas sebab kecewa Agar setiap manusia tetap mengerti akan batasannya Agar aku dan kamu tetap baik - baik saja Selamanya... Menjadi teman terbaik Hingga menutup mata....