Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
#ShortStory
Katanya hanya dengan mengikhlaskan, maka segalanya akan menjadi lebih indah. Begitu pun pada pria yang saat ini tengah di rundung pilu. Pria bertopi army dengan langkah tegap didukung dengan sepatu bootnya menyeka beberapa bulir keringatnya yang tumpah. Langkahnya tiba - tiba saja terhenti, badannya tak lagi terlihat sekuat 3 jam sebelumnya. Ia pun mendaratkan tubuhnya pada rerumputan luas yang semakin menghijau. Matanya menatap langit sesaat lalu memejam lama. Kini tak lagi buliran keringat, melainkan air mata. Bahkan lelaki yang katanya makhluk paling tegar pun mampu rapuh. Bahkan latihan fisik yang tak pala hebatnya menjadi seorang tentara itu pun tak berpengaruh dari pada hati yang saat ini menjadi lemah. Ada ingatan yang tiba - tiba melemahkan semangatnya. Diatur nafasnya yang terputus putus dengan mulut setengah terbuka.
Di rogohnya saku kanan mengambil ponsel bertuliskan "Reksa" di belakang pelindung ponsel. Tanda ceklish 1 masih menguasai isi sebuah pesan. Di tarik isi chat yang semakin ke atas dengan tanggal yang semakin mundur. 3 bulan sudah ia memberi pesan pada sebuah nama. Pesan yang sengaja ia tahu tak akan pernah sampai. Katanya tak apa walau tak sampai, sebab rindunya kian sakit jika tak diungkapkan.
From: Reksa
○ Apa kabar?
○ Sore ini aku tiba - tiba saja mengingatmu. Tempat di mana kita pernah lari bersama.
○ Jangan lupa untuk tetap sehat Ra
○ Apa kabar?
○ Sore ini aku tiba - tiba saja mengingatmu. Tempat di mana kita pernah lari bersama.
○ Jangan lupa untuk tetap sehat Ra
Pria itu pun kembali mengirim sebuah pesan. Masih dengan tanda ceklish satu. Yang artinya belum tersampaikan. Ibu jarinya pun mengarah kepada foto profil yang hanya berupa sesosok tanpa warna. Ternyata memang akun di seberang sana menepati omongannya bahwa perempuan itu akan memblokir Reksa dari kontaknya. Katanya agar Reksa tak mengalami patah. Entahlah, padahal patah sudah tercipta saat sang pria ditinggal pergi. Serumit itu memang rindu. Seolah tak peduli namun menyimpan rasa. Seolah melupakan padahal kenangan masih terasa penuh dan meminta untuk diingat kembali. Di kolong langit pukul 6 sore, ternyata ada anak adam yang masih menyimpan sesak sendirian. Menggenggam rindu yang tak tahu seperti apa untuk melampiaskan. Memeluk kelam yang masih ingin tak lepas dan selalu di bawa pulang.
Kini yang pernah menjadi mahkota di dada telah bahagia dan tak mungkin bersamanya. Meninggalkan Reksa sendirian. Memesankan sepi agar tak terus memayungi. Namun apalah daya, ada yang masih diam - diam mendoa pada sang Kuasa agar yang pernah dicinta tetap di jaga olehNya. Menikmati sendirian hingga tiba saatnya sepi melambaikan tangan. Semoga saja sang pemberi pesan nantinya dapat kembali pulang membawa sekuntum mawar basah yang baru. Dunia yang baru. Warna yang baru lengkap dengan pesan - pesan yang selalu sampai.
Comments
Post a Comment