#ShortStory
Part I
" Apa maksudmu? Kau cari mati?" Ia menyombongkan wajahnya tepat di hadapan wajahku. Pria yang tak terlihat dewasa itu tampak tak penting lagi di hadapku. Kubalikkan badanku, tak lagi menatap wajah dengan guratan kemarahannya yang aku pikir sudah di tingkat paling tinggi. Baru saja beberapa langkah, ia pun kembali mengejarku dan terdiam di hadapku lagi. Tanpa basa basi ia memegang tanganku dan menyeretku sesukanya ke balkon kampus yang mengarah ke lapangan bola basket.
" Kau, kau sedang mengadu dombaku kan?"
" Adu domba?" Kunaikkan alis mataku yang menantangnya. "Apa kau gila? Kau pikir aku wanita dengan sikap yang aneh sepertimu?" Kupalingkan wajahku dan secarik kertas tertinggal bersamanya. Sepertinya hari ini perasaanku sedang tidak baik sejak pagi tadi. Kakakku yang tanpa memberi tahuku terlebih dahulu membawa laptop yang mana terdapat tugas presentasiku hari ini. Alhasil, jadwal presentasiku pun diundur dengan nilai yang pasti dikurangi.
"Argghhhh, kenapa semua orang hari ini menyebalkan? Oh God, lama - lama aku bisa stress" kutarik nafas sangat dalam lalu segera melepaskannya dengan penuh penekanan. Kubuka lembar demi lembar buku novel dengan judul "Story about first love". Kutajamkan mataku dengan tak membiarkan setiap lembar tersisa, kubolak - balikkan lagi halamannya namun tetap tak kutemukan.
" Dan ini kesialanku hari ini ketiga kalinya. Oh, I can be crazyyyyy!!!"
" Ya, memang kau sudah gila. Wanita gila yang baru saja berkata pada pria gila" Pria itu menghempaskan secarik kertas yang tepat mendarat di kakiku. Kubuka kertas tanpa menghiraukan keberadaan pria aneh yang entah mengapa harus pindah ke kampusku.
" Dari mana kau dapatkan ini?" Tanyaku sedikit teriak padanya yang beranjak pergi dengan santainya. Dibalikkannya badan ke arahku, hanya menatapku beberapa detik lalu kembali melangkah tanpa menjawab tanyaku.
" Hei pria aneh!!! Apa kau mengerti bahasaku?" Tanyaku lagi sembari berdiri dengan jarak 3 meter darinya terdiam.
" Ya, aku tahu bahasamu. Juga teriakanmu. Kau pikir aku tuli? Kau tidak lihat, orang disini menatapmu aneh. Ya, mungkin mereka pikir kau memang butuk psikiater!" Ia pun melanjutkan arah langkahnya yang tak tahu entah akan kemana. Kutatap area sekitar masih dengan guratan marah. Benar seperti yang ia katakan bahwa orang di sekitarku sedang mengamatiku. Untung saja aku bukan satu fakultas dengan mereka, aku pun meninggalkan tempat itu dengan sedikit menggerutu.
To be continue.......
Comments
Post a Comment