Apakah fisik yang harus dibahagiakan?
Atau malah jadi... membahagiakan (?)
Membahagiakan yang terkadang malah seakan tutup mata
Entah dengan sengaja,
Atau pula tak pernah tersadarinya....
Lalu seperti apa cara membahagiakan pikiran?
Yang menurutku adalah bagian terpenting.
Bukan fisik atau pula lainnya.
Jika jarum jam bahkan tak mampu menghentikan detiknya...
Lalu bagaimana dengan secercah harap yang terus menunggu sang waktu.
Yang atasnyalah ia melabuhkan sekumpulan angan-angan yang dengan indahnya berkepak kesana kemari.
Entah apa yang dicarinya.
Apakah "bahagia?"
"Bahagia seutuhnya(?)"
Lalu direkatkan sayap - sayap angan yang lelah itu...
Serasa patah
Dan tak tahu mana yang harus disembuhkan...
Dan mana pula yang layak ditinggalkan.
Pada akhirnya...
Dimanakah tempat terbaik menutup mata...
Comments
Post a Comment