Siang itu seakan matahari tampak malu menampakkan wujudnya. Awan hitam pun tampak menggelayuti langit biru seakan ingin mengucap lelah akan hari sibuk yang penuh aktivitas hidup. Tidak seperti hari-hari biasanya, hari ini adalah hari terfavoritku sejak SMP. Dan hingga saat ini, tak ada alasan burukku membencinya. Banyak yang bercerita bahwa jum'at adalah hari yang agung, suci. Kakiku masih tak lelah akan hari tersibuk ini, langkahku juga masih tegas menapaki bumi beralaskan rumput ataupun ubin - ubin. Menatap orang - orang berlalu tanpa saling menyapa namun seolah setiap mata masing-masing saling mengetahui setiap aktivitas.
" Ahhh bosan" pekik seorang pria yang melangkah di depanku sembari mengambil posisi duduk tepat di samping kiriku.
" Hahaha kenape bro??"
" Mau ngebajak kamu, boleh? Aku lagi suntuk nih"
" Ke mana?"
" Suatu tempat yang sepi... yang bisa teriak - teriakkk" ucapnya sambil mengarahkan wajahnya sekejap ke layar ponsel yang sedari tadi telah memaksanya membuka pesan - pesan yang tak henti berteriak untuk di baca. Ia terdiam sejenak, menatap kosong pandangan di depannya. Menghaturkan nyanyian bernada sedih seperti sebuah pengharapan cinta dari pria ke seorang wanita. Memalingkan arah bola matanya menatapku yang sedari tadi membisu, dan sesekali mengotak atik ponsel.
" Iiihhhh, lagi kenapa? Lagi bahagia ya?" Tanyaku.
" Ha? Iya, kalo ada kamu mah aku selalu bahagia".
" Kok gitu?"
" Iya, kan kamu salah satu alasan di balik senyumku". Denyutan jantungku seolah tertahan, dari ujung mata tampak ia masih terus menyanyikan bait dari beberapa lagu yang bertema sama. Tatapan matanya seolah mengartikan setiap lirik bahwa ia sedang berada di posisi yang sama. Jauh sejak beberapa tahun yang lalu ada keanehan terlintas di fikirku. Ada rasa aneh terbaca dari wajahnya setiap hari ketika kami berdua memulai aktivitas kuliah, dulu. Sesaat aku tak menghiraukan, namun semakin lama tak mungkin terus mengabaikan perasaan aneh itu. Jujur, wanita mana yang tak tampak lemah jika seorang pria menyanyikannya sebuah lagu romantis, memperdulikan penampilannya selalu, juga di tatap lembut selembut angin membelai pelan rambut.
" Mau kan nemeni aku? Lagi gak sibuk kan? Pleaseee" tawarnya dengan tangan memohon penuh harap.
♥♥♥♥♥
" Nah, di sini. Aku sering banget menghilang dari penat aktivitas di tempat ini. Bareng soulmate aku, gitar ini" menyodorkan gitar kesayangan dengan tulisan 'Seize the world' di belakangnya.
" Entah kenapa obat terbaik dari kepenatan adalah musik."
" Aku fikir, hampir 90 % orang juga begitu. Musik itu adalah resep terindah saat sepi, mencari inspirasi. Gak ada musik, hidup hampa kayaknya" jelasku.
" Iya, bener" ucapnya dengan memainkan senar gitar, mengatur kunci-kunci melody yang ia rasa kurang tepat dan langsung menyanyikan sebuah lagu menyentuh yang setiap orang kenal. Lantunan lirik yang diperkenalkan oleh christina perri - one thousand years pun sukses membuat mata menatap lama ke arahnya dengan hati yang seolah bercerita. Dan lagi - lagi siapa yang tak meleleh mendengar ia mengcover lagu itu. Matanya mengarah di hadapku, seketika aku pun mengarahkan rasa terpesonaku pada suaranya yang indah. Sejak dulu, sering ia menyanyikan lagu di hadapku.
" Gimana, suara aku bagus kan?"
" Boleh lah..."
" Boleh apa? Boleh untuk jadi pacar kamu?"
" Hahaha kamu ini"
" Bukannya kamu pernah nulis di twitter, kalau kamu suka sama cowok yang suka nyanyi? Tahap cowok romantis versi kamu."
Ia menatap mataku lekat - lekat mencoba mengalihkan perhatianku dari rumput-rumput yang tak sengaja ku rangkai menjadi bulatan seperti cincin.
" Kamu selama ini gak sadar ya. Di luar sana, ada seorang teman yang mengharap jika lagu sahabat jadi cinta milik zigaz terjadi padanya. Seorang yang sempat ragu akan sebuah pertemanan yang terjalin baik akan aneh pada akhirnya jika terungkap sebuah kejujuran, dan seorang yang semakin sakit memendam perasaannya lama apalagi ia tahu bahwa ada beberapa teman lain yang mencintainya."
" Seorang itu, siapa? Dan 'nya' yang kamu maksud itu juga siapa? Kamu lagi curhat tapi jalannya panjang banget Don"
" Alennn, seorang itu adalah aku dan 'nya' yang aku maksud itu kamu" mengarahkan telunjuknya menyentuh pundakku.
" Hah? Jangan bercanda dehh"
" Kalimat jangan bercanda itu mainstream banget ya kalau ada seorang teman yang sedang mengungkapkan perasaannya. Perasaan dengan debaran di dada sebelah kiri yang kuat lebih dari biasanya. Perasaan kagum yang sudah saatnya diartikan sebagai 'cinta'"
" Kamu, sejak kapan ada perasaan aneh lebih dari sebuah pertemanan??"
" Sejak lama, sejak 41 bulan yang lalu. Sejak Tuhan membiarkan kita saling mengenal dan berteman baik. Sejak itu aku menyukaimu Alen...."
Entah dari mana harus ku jelaskan, entah dari kata apa harus ku ucap. Jauh sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama hati ini menghatur tak ingin ada rasa lebih dari sebuah pertemanan. Hanya ingin menganggapnya sebatas teman agar tak ada rasa canggung yang terasa, agar aku bisa menyapa bebas mereka tanpa tahu ada seseorang yang mengharap hubungan lebih. Aku fikir, menjauh sejenak adalah cara terbaikku memusnahkan perasaan mereka padaku. Jika itu hal terjahat, aku harap Tuhan tak menghukumku. Aku harap Tuhan tak membuat aku menjilat ludahku sendiri, dan aku harap ada cerita baik pada mereka tanpa aku di sampingnya. Jangan mencintaiku. Aku tahu bahwa tidaklah salah mencintaiku. Mencintai lawan jenismu, mencintai seseorang yang benar - benar kau kenal baik.
Comments
Post a Comment