Terkadang, orang yang sering menceritakanmu di belakang adalah orang yang paling iri terhadapmu. Thanks, Haters. Ya, haters. Para pembenci yang siap siap mengomentarimu dari penjuru mata angin, entah dengan style pakaianmu, cara bicaramu, sikap cuekmu, atau saja prestasi bagusmu. Sesungguhnya mereka sebenarnya adalah orang yang paling perduli terhadapmu. Contohnya seorang ibu, bukankah beliau selalu ingin yang terbaik untuk kita? Beliau juga tak jarang mengomentari kita agar kita tampak lebih baik lagi. Namun sosok ibu bukan berarti haters kita. Beliau adalah supporter terbaik kita. Haters = Supporters. Well, pernah kan liat orang-orang yang selalu komentar atas kita dengan suara sumbangnya yang tak terdengar jelas? Namun sebenarnya ia sedang mencibir atau mungkin mematahkan pendapat kita? Ya, haters tidak mungkin satu langkah di depan kamu. Karena jika ia satu langkah di depan kamu, maka mungkin saja kamu adalah salah satu pengagumnya. Is it right? Bagaimanapun juga, haters itu adalah pengagum terselubung kita, komentator yang membuat kita ingin selalu berjuang melakukan yang terbaik untuk diri kita sendiri dan sekitar. Haters pula lah yang membuat tingkat intropeksi diri menanjak lebih tinggi. Bukankah salah satu hal terbaik menuju sukses adalah ketika kritik dan saran itu penting? Terutama yang membangun. Kalau yang negatif? Nah, anggap saja itu debu terkecil yang tak harus kita anggap. Haters juga tak jarang adalah salah satu fans setiamu yang tahu apapun tentangmu. Terima kasih haters, karena kalian saya selalu mempunyai semangat tinggi untuk kelak dapat membungkam atau bahkan membeli kata-kata sumbang sebuah cibiran, debu tak terpenting yang pernah melintas itu. Terima kasih haters, telah mengingatkan saya atas sebuah pencapaian hidup yang lebih baik. Dan untuk haters, ada sebuah pepatah mengatakan "Tak penting siapa yang memulai, tapi siapa yang mengakhiri". Namun sebuah keuntungan adalah ketika kau lah pertama yang memulai dan kau juga lah pertama yang mengakhiri. Salam damai ツ
Kenapa suka senja? Karena senja pernah mengenalkanku pada dia. Kenapa suka senja? Karena pada senja entah kenapa aku bisa berlama - lama diam lalu menghaturkan setiap harap walau kutahu tetap pada Tuhan meminta dan mengadu paling efektif. Kenapa suka senja? Cahayanya. Ya, cahaya keemasannya selalu mampu membuat kedua bola mataku tak mampu berkedip cepat. Ya, aku mulai candu padanya. Kenapa suka senja? Karena dengan menatapnya ada rasa damai walau seringkali beberapa orang keheranan menatapku. Ya, aku tergila - gila dengan senja. Dengan waktu kemunculannya, dengan warna indahnya, dengan pemandangan burung-burung membentuk formasi yang menempuh jalan pulang yang mana membuat siapapun tak bisa menolak untuk tak jatuh Cinta padanya. Hai senja, lagi untuk yang keberapa kalinya aku memberitahu pada dunia bahwa kau adalah candu yang susah dihentikan. Kau adalah Indah. Sebab kau tak mampu biasa.
Comments
Post a Comment