Skip to main content

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Ingatan

Lipatan kertas menjadi pemandangan biasa siang itu. Beberapa mahasiswa mulai mengeluarkan kertas, melipatnya lebih tebal dan mulai mengibaskannya. Seakan kibasan mereka dan seorang dosen yang berada di depannya saling bersahutan. Maklum, penyejuk ruangan tak mendukung sistem belajar mengajar di  ruangan sempit itu. Sekitar 40 mahasiswa masih asik dengan cerita mereka yang bermula dari ujung koridor sebelum masuk kelas. Dan untungnya aku duduk di dekat pintu kelas yang semilir anginnya langsung menyapaku. Tampak 5 orang mahasiswa sedang memindah bangku ke depan kelas untuk melaksanakan jadwal presentasenya. Seorang wanita berdiri di hadapku dengan wajah bingung.
" Boleh pinjam tempat duduknya?"
"Oh, bo..boleh" aku berpindah tempat dari posisi terbaik dan mengarah ke tempat duduk kosong berada di bagian paling belakang.
" Hahaha hari ini si Senja  berjiwa besar. Merelakan tempat duduknya untuk orang lain".
" Nah, liat kan. Tempat duduk aja harus di relain di ambil orang lain. Gimana hati coba?" Candaku disertai gelak tawa pelan.

Alenia menjadi topik pembahasan mata kuliah bahasa Indonesia, mata kuliah terakhir di semester terakhir.
" Keren ya kalo punya anak, di kasih nama Alenia" sambungku.
" Iya. Jarang ada yang punya" jawab seorang teman yang duduk bersebelahan denganku.
" Terus nanti, nama panggilannya apa ja?" Sambung seorang teman lagi yang mendengar pembicaraan kami.
" Alen, lebih bagus".

Kala itu sebuah memory muncul kembali mengusik fikir. Sesosok pria berbadan tinggi, tegap, berkaca mata yang menutupi mata sipitnya melintas pelan bermain - main dalam ingatan. Sama denganku, ia juga suka menulis. Jika senja selalu mewarnai tulisanku, maka pantailah yang menghiasi tulisannya. Sebuah perpaduan yang indah jika melibat senja dan menikmatinya di bibir pantai.
" Tak pernah terbayang jika 2 anak manusia dengan hobby menulisnya yang sama di persatukan"
" Jika harus di lukis, maka itu akan menjadi karya yang indah, kamu dan pantaimu. Sedang aku dan senjaku".
" Pasti hari - hari kita tak akan biasa. Selalu saling menghujam dengan kata - kata indah. Rangkaian abjad yang menjadikan aku dan kamu tak akan pernah ada habisnya"
" Dan rumah kita, akan berlumuran rayuan merdu yang melapis setiap dinding. Menguatkan cinta kita, menebal iman dengan kamu sebagai imamku dan aku makmumnya."
" Hanya kita berdua??"
" Tidak. Kelak akan ada malaikat kecil yang siap bertanya akan ketidak tahuannya tentang hidup yang mengusik hari - harimu sebagai Ayahnya. Dan hari itu akan ku tunggu". Tangannya mengelus bahuku, mendaratkan kecupannya di dahiku dan melembutkan Aminnya membisik telingaku.

Namun bukan hidup jika rencana harus berakhir sempurna. Tepat 4 bulan lalu, aku dan dia yang ku harap adalah imam yang menuntun hidupku kelak akhirnya menyerah dengan sebuah cerita cinta. Long distance relationship terkadang turut andil. Tak banyak yang bertahan indah. Namun bukan berarti tak ada yang berakhir bahagia hingga ke kursi pernikahan. Hanya berterima kasih bahwa pernah ada dia yang di lantunan doanya menghatur namaku, mengharap hadirku, pernah menjagaku, serta menghidupkan aku di sisinya.

(Terinspirasi oleh gaya tulisannya faizal reza (monstreza) di blognya)

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa Suka Senja?

Kenapa suka senja? Karena senja pernah mengenalkanku pada dia. Kenapa suka senja? Karena pada senja entah kenapa aku bisa berlama - lama diam lalu menghaturkan setiap harap walau kutahu tetap pada Tuhan meminta dan mengadu paling efektif. Kenapa suka senja?  Cahayanya.  Ya,  cahaya keemasannya selalu mampu membuat kedua bola mataku tak mampu berkedip cepat.  Ya,  aku mulai candu padanya. Kenapa suka senja? Karena dengan menatapnya ada rasa damai walau seringkali beberapa orang keheranan menatapku. Ya,  aku tergila - gila dengan senja.  Dengan waktu kemunculannya,  dengan warna indahnya,  dengan pemandangan burung-burung membentuk formasi yang menempuh jalan pulang yang mana membuat siapapun tak bisa menolak untuk tak jatuh Cinta padanya. Hai senja,  lagi untuk yang keberapa kalinya aku memberitahu pada dunia bahwa kau adalah candu yang susah dihentikan. Kau adalah Indah. Sebab kau tak mampu biasa.

Kisaran Naga

#30HariKotakuBercerita Judulnya seram? Ya, jadi disini saya akan menceritakan tentang terjadinya nama Kisaran. Legenda tentang kota kisaran juga ada beberapa versinya tapi sejak saya kecil, orang – orang disekitar saya menceritakan versi yang sebagai berikut..... Asal mula nama kisaran sendiri berawal saat hujan deras dan petir menyambar – nyambar. Saat itu kota ini sedang diguyur hujan lebat beserta angin kencang dan petir yang menakutkan. Orang – orang sekitar pun berkeluaran karena ternyata pepohonan yang berada di tepi sungai pada bertumbangan dan air sungai pun meluap seketika. Lalu seseorang berteriak begitu takutnya karena melihat ada makhluk aneh tampak berkisar. Rerumputan yang tadinya adalah tanah dari pohon tumbang tersebut pun terbuka seperti sengaja dibuka. Seketikanorang – orang yang melihat pun berteriak histeris. Lalu mereka berteriak “ Naga berkisar…… Naga berkisarrr” sambil menunjuk ke arah tumpukan pohon yang tumbang tadi. Masyarakat takjub dan juga d

Untuk Tuan Yang Telah Berpuan

#30HariMenulisSuratCinta Ada semangat lain kala Tuhan membiarkan jiwa - jiwa saling menyapa kesunyian. Di dalam hati ada gemercik rindu yang tak ingin tersudahi mengikat setiap otot dan urat - urat yang sedang bekerja tak kenal lelah. Namun tak lagi cerita tentang kamu yang kini mendiami relung fikir. Tak ada kamu, Tuan. Tak ada lagi yang harus kujadikan alasan disela aktivitas lainku. Tak ada lagi do'a terlantun yang membalutkan namamu bersama nama - nama lainnya di do'aku. Tak ada lagi kamu yang .gegabah agar dimasukkan ke dalam ritual terindahku itu. Bahagialah bersama dia yang kau cinta. Biarlah sebuah masa dimana kita saling merasa telah terhapus oleh asa yang sudah patah, juga kedatangan wanita yang sedang kau puja. Kau tahu perihal melupakan? Walau tanganku ingin menyusuri apa yang bisa ku temukan tentang kamu, namun hatiku tetap enggan untuk mencipta kepingan rasa kembali teringat masa lalu. Aku tak ingin hembusan nafas patah kembali mengusik telinga dan menusuk hati