[Nulis Horor]
[Short Story]
Tampak beberapa anak kecil bermain - main sembari menyeret boneka yang bahkan lebih besar dari tubuhnya yang hanya tinggi sekitar 90 cm.
"Jam segini anak kecil belum tidur? Dasar, ibu macam apa yang tidak menyuruh mereka untuk beranjak tidur" gumamku sedikit kesal tak tahu mengapa, mungkin hariku sangat menguras tenaga dan fikiranku. Malam itu suasana kostan tampak sudah sepi, ya tak perlu ditanya sebab akulah yang patut di tanya. Mungkin lebih tepatnya, kantorku yang harus di tanya mengapa sangat menyukai lembur selama sebulan ini semenjak kepindahanku ke kostan baru yang lebih dekat dengan kantorku. Kulangkahkan kaki ke setiap anak tangga yang di pijakannya terasa ada beberapa benda berserakan. Kuarahkan sepasang mata ke bawah, remahan lego berceceran. Tak kuhiraukan sesaat, dan langkah kakiku pun semakin ku percepat naik agar tubuhku dapat kurebahkan. Seorang ibu berpakaian tidur namun dengan make up lengkap keluar dari kamar dengan nomor 4E tersebut, yang tak pernah kulihat. Ya mungkin saja karena waktu singkatku selama sebulan ini hingga tak sempat untuk memperdulikan siapa - siapa saja tetangga kamarku di lantai empat ini. Kami pun bersisian dengan arah berlawanan, ia menatapku tajam namun tak kuhiraukan tatapannya yang seakan hendak memakanku.
"Aneh!!" Gumamku kesal sambil berlalu dengan cepat dan sampailah tepat di pintu kamar nomor 4F.
Klikkk
"Kok tidak bisa di buka ya?" Ucapku pelan dan kembali melayangkan arah pandang pada wanita tadi. Dia pun menoleh ke arah belakang, menatapku tanpa senyum.
Srekk... klikkk..klikkk
Pandanganku berubah, kini kutatap pintu kamar dimana wanita itu tinggal. Semakin beberapa detik ku tatap namun tak ada sesosok manusia yang keluar dari dalamnya. Kulayangkan lagi menatap wanita itu, namun hilang!!! Tanpa pikir panjang, aku pun segera merebahkan tubuhku dengan lantunan musik favorit menemani waktuku untuk bersih - bersih.
Dua jam kemudian, mataku masih juga tak bisa terpejam. Rupanya cacing - cacingku sedang demo meminta asupan tenaga. Kubuka lemari namun tak ada yang ku temukan, kuambillah cardigan merah muda beserta syal lalu aku pun meninggalkan kamar nomor 4F tersebut. Anak kecil yang beberapa jam lalu kulihat masih saja bermain. Namun kali ini hanya seorang saja. Ia menyisir rambut pendeknya yang sedikit kepirangan itu sambil membawa boneka barbie yang memiliki motif pakaian sama sepertinya.
"Hai adik kecil.... kamu kok belum tidur?" Tanyaku yang tepat berada di balik badannya. Pertanyaanku pun membuatnya berbalik seketika, tatapan datarku yang sedikit mengernyitkan dahi tiba - tiba semakin mengagetkanku. Anak kecil itu menatapku tanpa reaksi apapun, hanya menatap namun tak menjawab. Kudekatkan tubuhku di hadapnya, kudekatkan lututku dengan lantai.
"Pipi kamu kenapa?" Tanyaku lagi sambil mencoba untuk memegangnya. Ia pun tak membiarkan jemariku menyentuhnya.
"Jangan!!" Ucapnya sedikit kuat. Aku pun tersentak, menjauhkan tanganku darinya. Perlahan terus menjauhkan jarakku dan kembali lagi ke posisi berdiri.
"Kamu kok belum tidur?" Tanyaku dengan kalimat sama untuk kedua kalinya.
"Ibuku belum pulang" ucapnya.
"Oh, ibu kamu yang tadi ya? Yang keluar pakai baju tidur? Memangnya mau kemana?"
"Iya. Tadi ibu marah. Pergi. Dan meninggalkanku" tukasnya dengan jedah beberapa detik di setiap kata.
"Ayah kamu mana? Sudah tidur? Atau???"
Anak kecil itu pun hanya menggeleng dan pergi dari hadapku, menutup pintu kamar 4E. Aku pun masih ingat dengan tujuan awalku, menyelamatkan cacing - cacing yang akan pingsan padahal baru saja pukul 7 malam tadi secangkir coklat hangat beserta cake mengisinya.
Tak menunggu lama, sebungkus sate dan sedikit camilan telah mengisi kantung plastik putih yang tangan kananku genggam. Langkah kakiku membeku, terdiam beberapa saat sembari mendongakkan kepala menghadap lantai empat. Anak kecil itu tampak berdiri dan menatapku sambil memeluk bonekanya. Pikirku masih tak tahu akan setiap pertanyaan yang tak kunjung ku temukan jawabnya. Seseorang menyenggolku dan membuatku terperanjat dari tatapan panjangku dengan anak kecil berbaju putih dengan motif polkadot kuning itu.
" Maaf" sambutnya.
"Oh, i.. iya" karena tak puas, mataku pun ingin merekam kembali anak tersebut dengan melihat ke atas. Dia sudah hilang.
"Kenapa mbak?" Ucap seorang pria yang menatap wajahku serius dan membagi arah pandangnya ke lantai empat. "Are you okay? Jangan bilang kamu kemasukan. Ini sudah pukul 12 malam"
"Ha? Kemasukan?" Tanyaku heran.
"Haha becanda. Habisnya mbaknya serius begitu wajahnya"
"Oh, itu..." kugerakkan telunjukku mengarah ke lantai empat. "Tadi ada anak kecil yang sepertinya masih menunggu ibunya. Dia masih belum tidur selarut ini" Jelasku.
"Anak kecil? Di lantai 4?"
"Iya... kamar nomor 4E, tepat di samping kamarku"
"4E? Bukannya kamar itu dibiarkan kosong ya?"
Mataku kembali terbelalak dengan genggaman yang semakin mengencang, kutengadahkan lagi kepala ke arah kamar 4E.
"Maksudnya kosong?"
"Iya, dulu ada seorang penjaga yang di percaya untuk menjaga rumah kost berlantai 5 ini karena owner kostan ini tinggal di australia karena tuntutan pekerjaan. Jadi supaya lebih tenang, ia menyuruh seorang penjaga yang notabene temannya untuk menjaganya karena temannya sendiri memang membutuh pekerjaan untuk membesarkan anak perempuannya satu - satunya. Hanya saja..." dia pun terdiam dengan arah pandanh masij ke atas.
"Hanya apa??"
"Ibu dari anak itu ternyata sedang depresi sejak kepergian suaminya yang meninggal di bunuh sahabatnya sendiri. Setiap marah, pasti ia kerapa memukul anaknya, bahkan pernah menggores pipinya dengan pisau. Hingga sang anak dikurung di kamar mandi dengan basah dan tewas tersetrum. Namun, setelah hampir semua yang menginap di kostan ini tahu kalau anaknya meninggal sebab teriakan kuatnya... ia pun semakin aneh seperti orang gila lalu sengaja menerjunkan dirinya dari lantai 4. Ia tewas. Dan setelah itu, kerap penghuni baru di kamar 4E tak pernah tenang tinggal di kamar itu. Tak pernah ada yang betah dengan gangguan dan penampakan sosok mereka berdua. Setelah itu, pemiliknya akhirnya sengaja mengosongkan kamar itu"
"Lalu yang aku lihat tadi???" Mata kami saling bergantian menatap. Tiba tiba seorang perempuan berlalu di damping kami dengan menaiki anak tangga, kutatap lekat setiap sosok dan pakaiannya. Tak salah lagi, sosok tersebut adalah wanita yang kulihat keluar dari kamar 4E di lantai empat tadi yang dengan bengisnya mengarahkan wajahnya padaku beberapa jam lalu. Tak berapa lama, ia terdiam dan kembali menolehkan kepalanya ke arah kami berdua!!!!
Horornya ada. Tapi kurang meneror. Oke, keren. Salam kenal ya...
ReplyDeleteHehe iya, kurang greget ya. Makasih masukannya ya... salam kenal juga...
Delete