Mataku mengarah ke luar jendela, dengan binar hujan yang tampak berkelip bak permata. Seketika aku teringat akan cerewetnya ibu kala aku lebih fokus dengan drama korea favoritku hingga tak jarang tangannya tanpa kenal lelah rela mengambil nasi, sayur, dan lauk pauknya demi aku agar tidak sakit. Aku ingat ketika badanku mulai panas dengan segera ia memijatiku walau cerewatannya tetap tak henti menjadi lagu terbaru yang pernah sempat ku hindari namun selalu kurindukan. Kutatap foto - foto di album ponselku yang sering ku abadikan untuk berdiam di depan lensa kamera berdua dengannya. Entah ketika wajah cantik baru mandi ataupun ketika wajah tampak lelah mewarnainya.
"Dear Mama tercinta...
Aku tahu lelah selalu mewarnai setiap jejak yang kau tinggalkan, setiap malam dimana malam pun susah untukmu memejamkan mata karena fikiran yang tak henti menggelayuti keinginan kuatmu akan aku anak yang menjadi tanggung jawabmu, akan sebuah doa yang masih terus kau kumandangkan dalam hati demi kesuksesanku. Walau aku tahu setiap rasa sayang yang kuukir disecarik kertas ataupun sebuah tulisan diary digitalku tak pernah kau baca karena tidak cakapnya dirimu memainkan komputer dan benda canggih lainnya, tapi dilubuk hati aku akan terus mengindahkan laku. Hanya dengan itu aku dapat membuatmu bangga untuk saat ini. Maaf kala tutur kata pernah terukir tak baik yang menyublim ke rongga dada membuat detakan sakit di jantung lalu air mata yang tanpa dengan sengaja jatuh perlahan menyentuh pipi yang tak bosan kucium. Maaf jika masih belum bisa memberi yang terbaik. Terima kasih atas penjagaan terindah sejak kecil yang tak pernah kau lewatkan. Terima kasih atas pujian tulus yang selalu kupercaya kebenarannya walaupun hanya kau satu - satunya makhluk Tuhan yang mengucapkannya. Kau tahu, kau lebih dari indah. Sosok wanita serba bisa yang tak kumunafikkan kebaikanmu tiada tara. Kerlingan keringatmu adalah bukti bahwa betapa harusnya kau membahagiakan anakmu. Walau terkadang aku tak pernah tahu hal lain apa yang harus kau korbankan.
Ma, ada janji dalam diri atas sebuah asa yang masih kupegang erat didalam hati. Aku ingin memberikan kejutan terindah untuk membuat senyum terus merekah pada wajah keriput yang kucandu itu. Kelak, jika Tuhan menjawab pintaku... tak akan kusia-siakan semua berkah dari Tuhan untukmu malaikat tanpa sayapku. Terima kasih pula untuk doa supaya cepat mendapat pekerjaan yang beberapa menit lalu baru kudengar. Aku tahu, tak pernah absen namaku diantara anakmu lainnya kau doakan sampai nafas tak lagi tercipta. Hanya doa kembali yang dapat kucipta dari sanu bari lubuk hati terdalam. Aku mencintaimu, ma. Demi langit yang kian semakin dekat pada bumi nantinya, demi matahari yang suatu hari akan terbit dari barat.
Mencintaimu sampai mati. Kata yang setiap anak ucap untuk wanita terhebat mereka. Semoga kesehatan menaungimu selalu, melancarkan kesehatanmu. Suatu hari nanti, akan kutulis sebuah surat di lembaran kertas. Agar kau bisa membacanya tanpa harus bersinggungan dengan alat elektronik canggih lainnya. Tanpa harus bingung bagaimana menjalankan alat yang tak pernah kau kenal ketika mudamu. Ma, kuatnya raga ini takkan pernah tercipta tanpa kekuatanmu yang membumbung tinggi di kepala. Laku baikku yang tetap ku jaga juga tak akan tercipta tanpa kau sebagai roll model terbaik dalam hidupku. Mungkin ribuan kata tak akan bisa membalas jasa - jasa, tapi biarlah ini hanya sebuah langkah menemani laku. Mencurahkan setiap ingatan tanda cinta, dan menemani senyuman diwajah yang tak lagi muda."
With Love
Your Last Child
Seperti kata-kata yang kubenarkan artinya "Kasih ibu takkan pernah mengharap pamrih". Kau penjaga tanpa bayar, yang dengan senyuman bahagia anakmu sudah sama seperti milyaran atau mungkin lebih. Selalu tak memperdulikan nilai kesehatannya dibanding anak - anak tercintanya terlebih dahulu. Ma, kau adalah sebutan yang tak pernah kusesali. Dan ragamu adalah kehadiran yang tak akan terganti.
Comments
Post a Comment