Skip to main content

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Mata dan Punggung Itu

[Cerpen]

" Dear pemilik mata sipit......
Kalau dari mana pertama kali aku mengetahui keberadaanmu. Aku akan sebut, cermin. Aneh, tapi dari benda tersebutlah mata kita saling beradu secara tak langsung. Sambil kamu melangkahkan kakimu, mata sipitmu masih terus mengarah ke cermin yang tak secara langsung melihatku. Hanya kita berdua. Hingga akhirnya kita harus menyudahi adu mata itu saat punggungmu hilang menuju anak tangga. Kamu tahu? Pernah ada hal tergila yang kulakukan demi mengetahui namamu. Setiap dosen yang kebetulan telah selesai mengisi jam mata kuliahmu, mataku tak sedikit lengah untuk melihat tangannya meletakkan absen kelasmu. Kemudian kakiku melangkah secara perlahan sambil mengendap - endap seperti pencuri sambil sesekali arah bola mataku melihat ke arah sekitar memastikan bahwa tidak ada manusia lain yang melihatku. Mata dan tanganku menyusuri tiap bait nama hingga ku pastikan satu nama terakhir adalah kamu sebagai pemiliknya. Aku pernah ingat ketika temanmu sempat memanggil namamu. Betapa hebatnya aku yang mencoba menjelaskan telingaku kala kamu sedang berjalan melintas bersama temanmu. Gila? Ya, mungkin saja.

Aku fikir sejak di hadapan cermin pula kita saling mengetahui keberadaan satu sama lain. Saling memperhatikan, dan ingin menunjukkan diri. 

Hari itu jum'at 21 maret, aku melihatmu lama dari balik kaca hitam yang tak bisa kamu lihat dari luar. Disaat aku mencari posisi aman mencuri pandang ke arahmu dengan mengarahkan kursi disamping dosenku ketika sedang bercengkrama. Mungkin aku curang, karena tidak berani menatap lama mata sipitmu yang kusuka itu. Apalagi ketika langkah kita saling bersahutan menyapa setiap anak tangga. Hening namun seolah setiap hati saling berbicara. Lagi - lagi hanya kita berdua.

Dan akhir pertemuan kita kala itu, kita tampak aneh. Aku yang seolah tampak biasa saja, dan kamu yang berjalan tenang melintas dihadapku. Seketika kamu mengalihkan wajahmu ketika ada seorang pria lain yang kukata "tampan". Saat itu aku tersenyum tanpa tahu maksudnya. Kamu menolehkan wajahmu ke arah pria itu. Tidak pernah tahu apa yang ada di benakmu. Entah kamu ingin tahu siapa pria itu, entah mungkin saja kamu membandingkan ketampananmu dengannya. Ya, terakhir kalinya aku melihat punggungmu lama. Pernah sadar? Ketika kamu berjalan, ada seseorang yang sedang menikmati punggungmu. Aku dapat melihatmu puas tanpa grogi. Dan ketika kamu memalingkan wajah dan tubuh ke arahku lagi, dengan cepatnya kupalingkan wajahku.

Terima kasih mata sipit itu, yang telah bersinggungan langsung dengan kehidupanku. Terima kasih punggung itu, yang membuatku serasa tak ingin berkedip karena takut kamu tiba - tiba hilang diujung jalan sana, yang memberikan banyak kenangan indah yang cukup dikenang saja saat ini".

Sore itu 09 januari kuberanikan mengirim surat itu ke email pribadinya. Lagi - lagi aku mengetahuinya karena dahulu ia pernah mencantumkan alamat email pada akun sosmednya. Ya dulu sekali aku sering mencari namanya di kolom pencarian dan menikmati timelinenya dengan sangat berhati - hati. Aku memberanikannya karena hampir 6 bulan terakhir aku tak lagi pernah berjumpa dengannya. Sekadar menyeka layar ponselku membaca timeline akunnya pun tak ku lakukan. Bukan telah berpindah rasa, namun sedang menganggunkan diri untuk pria baik lainnya di luar sana yang entah sebagai tempat penyandar bahuku atau mungkin pelabuhan hati terakhir.

Hari ini 11 januari tepat setelah kukirimkan email itu 3 tahun yang lalu. Seketika mataku tertuju tajam padanya. Pada pertemuan yang entah mengapa harus ku iyakan ajakan seorang teman. Lagi - lagi, mata kami saling beradu pandang tak perduli ada beberapa orang yang menyesaki setiap kedipan mata. Aku berdiri dengan kedua tangan masih terus memegangi dompet silverku. Sesekali temanku tampak menarik tangan kananku mengajakku untuk ikut bersalaman dengan para pemilik acara. Saat itu otakku kosong, hanya ada kenapa harus aku yang di ajak oleh temanku. Kenapa pula dia harus memutuskan kekasihnya seminggu sebelumnya ketika ia akan menghadiri acara bahagiamu.

Lagi - lagi kehendak Tuhan. Takdir yang tak bisa ku atur sesuka hati. Masih dengan tangan temanku yang terus memegangiku, aku pun ikut mengulurkan tangan, mengucap selamat, memekarkan senyumku, mendoakanmu tulus.
" Terima kasih ya" ucap pria bermata sipit itu yang telah bersanding dengan wanita baik pilihannya. Sedang aku hanya menganggukkan kepala melihat ke antrian depan dimana temanku masih asik bercerita dengan sang mempelai wanita. Saat itu pula aku menyadari bahwa mempelai wanita lah yang mengundang temanku. Terkadang aku mengalihkan wajah walau dari ujung mata  tampak ia terus menatapku dengan mata sipitnya.
" Kamu, apa kabar?" Tanyanya seketika yang membuat mataku tersentak lalu mengarahkan kepalaku.
" Ya? Aku? Aku baik. Dan akan selalu baik" ucapku terbata - bata.
" Syukurlah, semoga Tuhan selalu melindungimu, mengaminkan do'amu. Terus membahagiakanmu".
" Iya, Amin. Terima kasih" sambungku dan berlalu menyalami mempelai wanita.

Ku arahkan mataku ke arah langit - langit. Memastikan bahwa air mata tak boleh keluar dari pelupuk mata.

Ya, tak boleh ada yang tersakiti karena sejak aku memantapkan hati untuk mengirim surat itu ke alamat emailnya, maka dengan seketika harus ada pengikhlasan. Melupakan memang sulit. Kau hanya benar - benar melupakan jika kau telah menemukan pria baru lagi. Ada 2 pilihan yang beberapa orang terapkan  dalam mencintai diam - diam. Pertama, melebihkan usaha agar cinta tak bertepuk sebelah tangan, atau yang kedua... pada akhirnya kau harus merelakan. Merelakan dia berbahagia, merelakan hati berpindah rasa.

Kisaran,
Di tulis pada 05 Februari 2015
[Hanya cerita fiktif biasa]

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa Suka Senja?

Kenapa suka senja? Karena senja pernah mengenalkanku pada dia. Kenapa suka senja? Karena pada senja entah kenapa aku bisa berlama - lama diam lalu menghaturkan setiap harap walau kutahu tetap pada Tuhan meminta dan mengadu paling efektif. Kenapa suka senja?  Cahayanya.  Ya,  cahaya keemasannya selalu mampu membuat kedua bola mataku tak mampu berkedip cepat.  Ya,  aku mulai candu padanya. Kenapa suka senja? Karena dengan menatapnya ada rasa damai walau seringkali beberapa orang keheranan menatapku. Ya,  aku tergila - gila dengan senja.  Dengan waktu kemunculannya,  dengan warna indahnya,  dengan pemandangan burung-burung membentuk formasi yang menempuh jalan pulang yang mana membuat siapapun tak bisa menolak untuk tak jatuh Cinta padanya. Hai senja,  lagi untuk yang keberapa kalinya aku memberitahu pada dunia bahwa kau adalah candu yang susah dihentikan. Kau adalah Indah. Sebab kau tak mampu biasa.

Kisaran Naga

#30HariKotakuBercerita Judulnya seram? Ya, jadi disini saya akan menceritakan tentang terjadinya nama Kisaran. Legenda tentang kota kisaran juga ada beberapa versinya tapi sejak saya kecil, orang – orang disekitar saya menceritakan versi yang sebagai berikut..... Asal mula nama kisaran sendiri berawal saat hujan deras dan petir menyambar – nyambar. Saat itu kota ini sedang diguyur hujan lebat beserta angin kencang dan petir yang menakutkan. Orang – orang sekitar pun berkeluaran karena ternyata pepohonan yang berada di tepi sungai pada bertumbangan dan air sungai pun meluap seketika. Lalu seseorang berteriak begitu takutnya karena melihat ada makhluk aneh tampak berkisar. Rerumputan yang tadinya adalah tanah dari pohon tumbang tersebut pun terbuka seperti sengaja dibuka. Seketikanorang – orang yang melihat pun berteriak histeris. Lalu mereka berteriak “ Naga berkisar…… Naga berkisarrr” sambil menunjuk ke arah tumpukan pohon yang tumbang tadi. Masyarakat takjub dan juga d

Untuk Tuan Yang Telah Berpuan

#30HariMenulisSuratCinta Ada semangat lain kala Tuhan membiarkan jiwa - jiwa saling menyapa kesunyian. Di dalam hati ada gemercik rindu yang tak ingin tersudahi mengikat setiap otot dan urat - urat yang sedang bekerja tak kenal lelah. Namun tak lagi cerita tentang kamu yang kini mendiami relung fikir. Tak ada kamu, Tuan. Tak ada lagi yang harus kujadikan alasan disela aktivitas lainku. Tak ada lagi do'a terlantun yang membalutkan namamu bersama nama - nama lainnya di do'aku. Tak ada lagi kamu yang .gegabah agar dimasukkan ke dalam ritual terindahku itu. Bahagialah bersama dia yang kau cinta. Biarlah sebuah masa dimana kita saling merasa telah terhapus oleh asa yang sudah patah, juga kedatangan wanita yang sedang kau puja. Kau tahu perihal melupakan? Walau tanganku ingin menyusuri apa yang bisa ku temukan tentang kamu, namun hatiku tetap enggan untuk mencipta kepingan rasa kembali teringat masa lalu. Aku tak ingin hembusan nafas patah kembali mengusik telinga dan menusuk hati