#30HariMenulisSuratCinta
Adalah senyummu berlengkung khas yang tak ku patahkan manisnya. Tatapan hangat 5 tahun lalu. Dan hampir 2 tahun tak lagi pernah terjamah oleh mata magnetku.
Hanya selalu bertatapan dari jarak yang tak dekat. Aku ingat ketika kita sama - sama canggung kala itu ketika secara tak sengaja kita berada di satu tempat yang sama. Kau tahu, senyumku terurai saat aku pergi meninggalkan tempatmu. Aku hanya membiarkanmu tetap terdiam membisu tak berani duduk dimana teman-temanmu dengan leluasanya bercengkrama seru seolah tak ada aku di tempat itu.
Sekilas apakah kamu sadar? Wajahmu mirip aktor tampan Giorgino Abraham. Iya, senyumnya juga sama. Aku suka senyum itu.
Masih ingat ketika aku stress dan marah-marah memuncakkan kekesalanku ketika masa magang dimulai? Entah mengapa tak tersadarkan bahwa beberapa menit sebelumnya kamu ada di sampingku. Mungkin kamu berfikir bahwa aku terlalu judes ya? Hahaha. Saat kamu melintas baru aku tersadar bahwa ada sepasang telinga pemilik senyum indah yang mendengarnya. Aku malu. Seketika aku sedikit kaget, dan kamu kembali memberikan senyum paling indah dari senyum - senyum sebelumnya. Entahlah, senyum tulusmu make me flying so high. Seakan dari senyummu mengisyaratkan sebuah kata "Hey, everything is gonna be ok".
Dan senyum terakhir yang kusadar, aku sengaja mengarah padamu. Iya, hanya ingin melihat senyum yang ampuh membius hari burukku menjadi lebih indah. Dan benar, kamu memalingkan wajah aktormu, dan memberikan senyum itu walau hanya sesaat. Sejak hari itu tak lagi kutemukan kamu. Pemilik senyum paling indah.
Aku selalu berharap setiap surat yang kutulis akan terbaca oleh pemilik maksud. Yang ingin kutanya perihal maksud dari setiap senyuman yang dengan sengaja kamu mekarkan. Tapi tak lagi kuharap lebih atas semua angan. Kamu, yang entah siapa namanya... bisa kirim senyum itu lagi? Caranya? Ya, kita harus bertemu. Bercerita ada apa dengan hati di 5 tahun lalu. Hanya ingin saling mengenang dan biar Tuhan yang menentukannya akan seperti apa. Lalu kita bagi cerita masa kini sembari mengaduk coklat hangat di sebuah cafe.
Dari penikmat senyummu,
I Like Your ツ
Comments
Post a Comment