#30HariMenulisSuratCinta
Entah apa istimewanya kamu, kadang terlalu buta aku untuk menilaimu. Hanya seolah mengenalmu baik tapi mungkin saja tak sebaik yang terfikir. Terkadang aku ingin bertanya, mengapa bisa pula sosokku menemukan raga yang mungkin saja telah berpuan, yang mungkin saja tak akan ada tempat untukku.
Kamu... jangan berfikiran bahwa aku mencintaimu sampai mati walau dulu aku pernah mengatakannya pada hati. Tapi saat ini, bukan itu yang akan dan ingin ku rasa. Walau pernah kuterka sudut terbaik di rongga hati masih kamu yang ada. Mungkin kamu tersesat. Atau aku yang tersesat? Atau yang paling benar adalah aku yang menyesatkan kamu. Begitukah?
Entahlah, entah seperti apa sekarang yang kurasa. Tapi tenang, aku tak akan meramalnya sebab aku terlahir bukan untuk mengetahui banyak tentang hidupmu. Aku terlahir menjadi seorang wanita yang ambisius yang pernah terlintas ingin memenjarakanmu di sel hati. Yang kelak tak akan kubuka dengan leluasa. Ya, itu semata karena tak ingin ada wanita lain yang boleh mencintamu. Dan sekarang, aku berhenti pada satu titik bernama "Terserah". Harus kau lihat dengan teliti. Aku bukan membiarkan kata "terserah" mengganggu setiap mimpi, karena kutegaskan bahwa kata itu sekali lagi bukan untuk mimpi dan apa - apa yang ingin aku perjuangkan.
Kali ini aku akan berhenti pada sebuah persimpangan cerita masa depan. Harus kemanakah kaki melangkah, sebab sekali saja salah maka harus banyak coretan merah yang harus kuhitamkan lagi. Ya, pekerjaan yang akan sangat sulit untukku nantinya.
Aku akan mengarah lurus, hanya lurus saja. Walau ada banyak batu serta tanah berlumpur nantinya. Aku tak akan ke kanan, yang mungkin mengarah ke kamu. Sebab kebahagiaan untuk senyum paling indah dari ayah dan ibu tak akan mungkin ku singkirkan demi kamu. Dengar, aku tak akan lagi menggilai semua tentangmu. Tenang, bersikaplah biasa sebab tak ada kejadian yang harus kau ingat. Tak ada yang harus dihiraukan atas siapa pemilik hati yang pernah menujumu.
Aku juga tak ingin ke kiri, yang mungkin saja mengarah ke seseorang lain. Iya, aku yang sekarang adalah wanita yang telah memantapkan diri bagi masa depan yang ingin kurengkuh baik. Andai dituangkan kesebuah lirik lagu, mungkin lagu "Tanpa Cinta" kepunyaan Yovie & Nuno paling pas atas apa yang di rasa hati ketika itu.
Hey Kamu...
Kamu yang pernah ada. Terima kasih telah menghadirkan rindu di setiap nafas. Terima kasih telah membuat semangat pernah memuncak dan tak pernah mengakar ke tanah membuat ambisi patah. Terima kasih bahwa proses hidup seperti ini harus terjalani. Terima kasih telah membuat kepingan - kepingan rasa. Kamu hanya sebuah teka teki yang hanya dapat kuterka walau dengan tanganku ingin sekali wajahmu ku seka.
Hey kamu...
Kamu yang pernah ada. Aku pernah jatuh, lalu dengan tegap berdiri kembali. Walau ada penyanggah yang sedikit membantu jiwa untuk terus memfokuskan fikirku. Kamu, bukan lagi yang harus aku fikirkan. Kamu, tak ku munafikkan pernah menghadir warna indah di bilik hati. Hanya terima kasih. Terima kasih pernah membuatku menjadi wanita yang entah seperti apa atasmu. Yang disetiap fokusku hanya kamulah pengganggunya. Seorang Tuan yang yang harus kuhentikan bekas jejakmu disetiap pijakan langkahku. Dan maaf juga ingin kuhatur, atas kata pelan sebuah janji yang sepertinya Tuhan sudah mengaminkannya.
Kamu... maaf pernah ada angan untuk memenjarakanmu hingga sepi dan hanya aku saja yang boleh menemanimu. Dan sekarang pergilah, telah ku buka lebar jeruji itu agar nafas sesak tak lagi kau rasa, atas rasa sepi tak lagi menggelayuti hati. Bermainlah, gapailah apa yang masih ingin kau gapai, berdoalah tanpa kenal lelah. Seperti insan yang tak pernah kenal putus asa.
Sincerely,
Yang tak lagi menujumu
Aku juga ingin menyerah ;)
ReplyDeletesemoga ada tuan yang lebih baik :)
Delete