Skip to main content

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Kusebut Dia "White"

#30HariMenulisSuratCinta

Kala itu aku hanyalah seorang mahasiswi baru. Dan saat itu pula ada pria lain yang membuat mata ini seolah ingin terdiam tak mau tergerakkan. Entah bius apa yang ia taburkan. Yang jelas sejak saat itu aku menyukainya. Kusebut dia "White". Mungkin karena tubuhnya yang putih dan wajahnya yang disetiap sudutnya seakan terpasang lampu LED. Ya, dia tampak lebih bersinar dari pria - pria lain di sekitarnya. Yang ku tahu di mana ia berada, mata ini selalu saja mendapatkannya membuat syaraf otak dan bibirku saling berkonspirasi. Aku dan dia kebetulan adalah satu angkatan, hanya saja jurusan kami yang berbeda. Namun itu tak menampik untuk kami tak satu kelas bersama. Terkadang ada beberapa mata kuliah ataupun praktikum yang mengharuskan kami bertatap muka.

Tak seperti teman sekelasnya yang biasa saja karena sudah kenal betul akan sikapnya, tapi aku menganggapnya istimewa. Cukup dia tersenyum saja, lalu letihku akan berubah segar kembali.

Ada hal gila yang pernah kulakukan karena dia. Sewaktu mata kuliah telah usai dan jadwal praktikum sudah menutup tirainya, aku menikmati senja sambil berlalu melangkahkan kaki menuju arah pulang. Seseorang tampak menelponku dan mengatakan bahwa si "white" sedang tanding futsal di halaman jurusan. Sejurus kemudian aku berbalik arah kembali menuju fakultas. Padahal waktu itu aku sudah berjalan cukup jauh dari fakultasku. Tanpa peluh yang sedari tadi ku rasa, aku ikut bergabung dengan teman yang mengetahui bahwa aku mengagumi White. Keringat yang membasahi tubuhnya serta langkah kecilnya berlari memperebutkan bola membuat mata ini mengecil dan bibir ikut mengurai senyum.

Kalau saja untuk bisa dekatnya, peluangku cukup besar. Notabene, temanku adalah temannya. Tapi apalah daya, aku masih belum siap dan tak ingin lebih. Aku hanya mengaguminya tanpa harus kenal dekat dengannya.

Hampir 3 tahun "white" memberikan warna di hariku. Hingga tibalah saat mahasiswa sedang sibuk mengurus segala macam tentang acara wisuda beberapa hari lagi. Aku dan teman lain sedang serius mengisi lembaran kertas dengan biodata masing - masing dan Tuhan pun seakan ingin membagi kebahagiaan terakhir saat itu.
" Oh ya, boleh tanya? Ini apa ya yang harus di tulis" katanya tanpa teman yang mungkin saja bisa menolongnya. Mataku tertegun, mulutku tiba - tiba saja seperti membeku.
" Ini, contoh aja seperti ini" sambil memberikan kertasku padanya.
" Oh,makasih ya". Dia hanya tidak tahu bahwa ada malaikat Tuhan yang lupa bersikap biasa saat itu. Mataku mengarah ke beberapa pasang mata yang siap - siap meledekiku. Sahabat tercinta yang pada akhirnya semua harus tahu tanpa kuduga.

Detik itu pula, hanya satu pintaku. Aku hanya ingin harus melihat dia kala acara wisuda. Melihat untuk terakhir kalinya karena mungkin saja memang kelak tak ada lagi hari - hari lain yang dapat mempertemukan aku dengannya. Dan Tuhan pun mengaminkannya.  Sesampainya kaki menginjak ruang auditorium kampus, mataku bak seperti radar yang langsung tahu akan sosoknya.

Aku menganggunkan sikapku, mengeluarkan senyum tipis dan sempat berterima kasih dalam hati pada Tuhanku. Ya, acara bahagia yang terakhir kalinya pula aku dapat menatap puas wajahnya. Setelan jas beserta dasi semakin membuatnya seolah siap untuk menduduki jabatan hebat di sebuah perusahaan. Ia terlihat lebih tampan. Hampir menyamai jika Steven Gerard idolanya itu sedang menggunakan setelan jas.

3 tahun telah berlalu, hari ini maaf karena aku menjamahmu dari lemari kenangan. Aku hanya ingin membukanya sejenak dan setelah memori bermain - main puas, aku berjanji akan menutupnya kembali. Terakhir kali aku mendengar kabar baru tentangmu, kamu telah menjadi seorang pengusaha muda. Seorang liverpudlian yang ikut andil atas komunitas balik layar. Seseorang yang membuat aku pagi sekali berlarian menghidupkan televisi hanya ingin melihat kamu sebagai narasumbernya, info dari seorang sahabat yang sejak ia melanjutkan S1 nya ternyata ia sekelas denganmu. Dan antusiasku yang tinggi itu tak berhasil mendapatkanmu. Entah acara apa yang bisanya mendapatkanmu untuk di tanya sekadar apa usahamu untuk menjadi sukses di usia muda. Yang jelas, kamu... apa kabar? Apa kabar pada hati? Pada wanita yang dulu pernah kudapati berdua denganmu dalam setiap kesempatan. Pada keseharian yang tak ku tahu kamu melalui nya dengan senyum tulus atau senyum terpaksa hanya sekadar  meyakinkan pada sekitar bahwa harimu selalu baik.

Terkadang ketika kita mengagumi seseorang, bukan berarti kita ingin bersama dengannya sekadar saling menggenggam erat tangan masing - masing. Hanya cukup memberikan rasa bahagia tanpa harus bersama. Karena bagian rasa seperti itu harus di alami tanpa harus saling memiliki. Seperti kamu yang sosokmu hanya dapat kurekam baik tanpa pernah dapat kujamah. Hanya menyaksikan setiap adegan kecil dalam harimu namun tak bisa membaginya padamu. Entah menanyakan langsung perihal kesehatanmu,  bagaimana asisten praktikummu yang mungkin saja pernah membuat dada sebelah kiri tak santai berdetak karena gugupmu pada barang - barang praktikum yang tak terlengkapi, atau mungkin saja menjadikan aku sebuah alasan indah dibalik setiap ulasan senyummu. Iya aku sadar, bahwa Enstein tak pernah bisa kembali lagi di abad sekarang sekadar mengajari kita bagaimana teori relativitasnya, juga salah satu penemuannya yang paling fenomenal "E = mc²" mengenai persamaan massa dan energi yang pernah kita singgung di salah satu mata kuliah, aku bukan peramu takdir yang dapat sesuka hati mengaitkan benang merahku pada sosokmu, aku pun sadar bahwa doraemon hanya sebuah boneka khayalan yang mungkin saja tak dapat mengeluarkan alat - alat terajaibnya untuk menyatukan aku dan kamu menjadi kita. Yang aku harus tahu, bahwa bumi selalu berotasi pada porosnya dengan cepat yang membuat kamu semakin menjauh dari masa lalu. Yang membuat kamu tak harus lagi menjadi nama yang kusebut dalam daging bernama hati. Dan yang membuat kamu tak harus pula kucintai sampai mati.

With a happiness,

Yang pernah menjadi pencintamu dalam diam.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kenapa Suka Senja?

Kenapa suka senja? Karena senja pernah mengenalkanku pada dia. Kenapa suka senja? Karena pada senja entah kenapa aku bisa berlama - lama diam lalu menghaturkan setiap harap walau kutahu tetap pada Tuhan meminta dan mengadu paling efektif. Kenapa suka senja?  Cahayanya.  Ya,  cahaya keemasannya selalu mampu membuat kedua bola mataku tak mampu berkedip cepat.  Ya,  aku mulai candu padanya. Kenapa suka senja? Karena dengan menatapnya ada rasa damai walau seringkali beberapa orang keheranan menatapku. Ya,  aku tergila - gila dengan senja.  Dengan waktu kemunculannya,  dengan warna indahnya,  dengan pemandangan burung-burung membentuk formasi yang menempuh jalan pulang yang mana membuat siapapun tak bisa menolak untuk tak jatuh Cinta padanya. Hai senja,  lagi untuk yang keberapa kalinya aku memberitahu pada dunia bahwa kau adalah candu yang susah dihentikan. Kau adalah Indah. Sebab kau tak mampu biasa.

Kisaran Naga

#30HariKotakuBercerita Judulnya seram? Ya, jadi disini saya akan menceritakan tentang terjadinya nama Kisaran. Legenda tentang kota kisaran juga ada beberapa versinya tapi sejak saya kecil, orang – orang disekitar saya menceritakan versi yang sebagai berikut..... Asal mula nama kisaran sendiri berawal saat hujan deras dan petir menyambar – nyambar. Saat itu kota ini sedang diguyur hujan lebat beserta angin kencang dan petir yang menakutkan. Orang – orang sekitar pun berkeluaran karena ternyata pepohonan yang berada di tepi sungai pada bertumbangan dan air sungai pun meluap seketika. Lalu seseorang berteriak begitu takutnya karena melihat ada makhluk aneh tampak berkisar. Rerumputan yang tadinya adalah tanah dari pohon tumbang tersebut pun terbuka seperti sengaja dibuka. Seketikanorang – orang yang melihat pun berteriak histeris. Lalu mereka berteriak “ Naga berkisar…… Naga berkisarrr” sambil menunjuk ke arah tumpukan pohon yang tumbang tadi. Masyarakat takjub dan juga d

Untuk Tuan Yang Telah Berpuan

#30HariMenulisSuratCinta Ada semangat lain kala Tuhan membiarkan jiwa - jiwa saling menyapa kesunyian. Di dalam hati ada gemercik rindu yang tak ingin tersudahi mengikat setiap otot dan urat - urat yang sedang bekerja tak kenal lelah. Namun tak lagi cerita tentang kamu yang kini mendiami relung fikir. Tak ada kamu, Tuan. Tak ada lagi yang harus kujadikan alasan disela aktivitas lainku. Tak ada lagi do'a terlantun yang membalutkan namamu bersama nama - nama lainnya di do'aku. Tak ada lagi kamu yang .gegabah agar dimasukkan ke dalam ritual terindahku itu. Bahagialah bersama dia yang kau cinta. Biarlah sebuah masa dimana kita saling merasa telah terhapus oleh asa yang sudah patah, juga kedatangan wanita yang sedang kau puja. Kau tahu perihal melupakan? Walau tanganku ingin menyusuri apa yang bisa ku temukan tentang kamu, namun hatiku tetap enggan untuk mencipta kepingan rasa kembali teringat masa lalu. Aku tak ingin hembusan nafas patah kembali mengusik telinga dan menusuk hati