Ada atau bahkan banyak sekali manusia yang mengatakan "Aku benci perpisahan". Sebenarnya perpisahan sendiri adalah proses di mana Tuhan membuat makhluknya sadar bahwa tak selamanya orang yang kita sayang harus selalu berdekatan dengan kita. Tak hanya pada perpisahan atas kematian, namun perpisahan yang sebenarnya hanya jarak saja yang memisahkan. Atau pada tali persaudaraan yang tak selamanya dapat terjalin dengan harus saling bertatap muka. Ada perantara lain seperti melalui media sosial atau telpon misalnya.
Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Begitulah sebagian dari mereka menyadari dan tentu menyadarkan hati agar kelak jika tiba saatnya kata "pisah" terhatur, tak ada lagi yang namanya kesedihan yang teramat sangat. Perpisahan sendiri memang pembelajaran bahwa setelahnya ada sebuah pemikiran bahwa cerita hidup memang selalu diselingi oleh kabar baik maupun sedih.
Contohnya adalah ketika kita berteman baik dengan beberapa orang, dan ada beberapa hal yang kita sadari bahwa mimpi kita harus kita ambil di tempat berbeda. Perasaan kaget, sedih pastilah yang pertama mampir di jiwa kita. Perasaan kehilangan jarak adalah yang sebenarnya paling di rasa. Tak lagi dapat melakukan hal bersama - sama, intensitas bertemu juga tak sesering mungkin. Tapi jika di sadari bahwa rasa kehilangan tersebut hanya sementara, itu karena tidak terbiasa saja. Setelahnya juga kau akan terbiasa, bahwa proses hidup yang alami adalah menangis, tertawa. Seperti bayi yang baru lahir, ia menangis. Setelahnya? Tidak ada yang dapat memastikan bukan bahwa ia akan terus tertawa, atau terus bersedih.
Itu mengapa jika kita sayang pada seseorang, letakkanlah kemungkinan terburuk bahwa kelak ada yang akan di tinggalkan atau meninggalkan. Dalam pertemanan juga, walau sejak SD hingga kuliah selalu menghabiskan waktu bersama, pastilah akan ada suatu masa kau membagi duniamu untuk masa depanmu. Untuk calon imam ataupun calon ibu dari anak - anakmu nantinya. Walaupun di dunia kerja ia adalah teman terbaikmu, lihatlah ke depan bahwa ada kemungkinan tak selamanya kau ataupun dia ingin mengarsir warna merah dan biru saja di perusahaan yang meneduhkanmu. Ada banyak warna lain yang mungkin ingin di coba dan di analisa. Ya, proses hidup yang tak bisa di tentang ataupun di patahkan. Bersedilah jika hal itu terjadi, namun jangan terus terlarut hingga menjadi gila. Sesungguhnya apapun yang berlebihan juga tidak baik. Toh yang mengerti hidupmu ya kamu sendiri, tidak orang lain.
Jika kau ingin mengejar layangan yang hampir tak sanggup lagi bertahan pada posisi terbaiknya, berjalanlah mendatanginya. Boleh sedikit berlari asal jangan terlalu berlebihan hingga tak dapat melihat bahwa ada bebatuan kecil yang dengan kau remehkan malah bisa membuatmu tersungkur. Mantapkan hati atas sesuatu yang ingin kau rengkuh, fokuskan pikiran padanya dengan tingkat kewaspadaan yang tak boleh lengah. Lalu jamahlah dan eratkan jemari seperti anak kecil yang tak ingin membagi benda yang menurutnya adalah miliknya. Bukan sikap yang egois jika yang kau pastikan memang tak boleh sembarangan kau bagi. Hanya ingat, bertanggung jawablah dengan yang kau genggam, namun jangan lupa bahwa mungkin saja suatu saat kau juga akan berpisah dengan apa yang telah kau genggam.
Comments
Post a Comment