Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
Deritan suara hati memekikkan telinga
Berlari ke sistem limbik membelah kekosongan
Di sana, ada mimpi
Suaranya seperti deburan ombak yang memecah karam
Sang penguasa diri dan mimpi saling berpagutan
Menimang angan agar tak terbuang
Mengobarkan nyala api agar terus bersinar
Tak lupa menumbuhkan rasa agar menyatu dengan nadi
Lalu menjahitnya dengan rapalan do'a
Agar mimpi, tak mati.
Kisaran, 07 Januari 2016
PS: I sent my poems for a competition, yesterday. But this one is failed. Then, better I write my poem here. This is story about dream and how we have to fight to make it true ^^
Comments
Post a Comment