Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
2010 ke 2014 itu bukan waktu yang singkat. Banyak sekali cerita yang mampir di kehidupan. Dan selama itu, pernah tahu bahwa ada anak perempuan yang coba bahagia walaupun itu semua palsu? Pernah tahu bahwa ada anak perempuan yang mencoba tersenyum untuk menutupi lukanya? Pernah tahu batinnya meronta ingin 4 tahun segera berakhir? Dia adalah anak perempuan yang sejak saat itu mengikrarkan bahwa tidak akan pernah percaya dengan orang lain begitu saja. Karena sesungguhnya orang lain tersebut bukan kamu yang tahu harus melakukan apa untuk masa depanmu. Mereka hanya asal berbicara hanya ingin mengikat pengikut di belakangnya.
4 tahun anak perempuan itu menjalani kegiatan yang tidak disukainya. 4 tahun dia simpan semua sedihnya sendiri. 4 tahun telinganya harus mendengar nama saudara-saudaranya tersanjung baik oleh orang tuanya. Sedang dia? Dia hanya ingin jangan pernah ada anak lainnya yang mendengar jika para orang tua sedang membanggakan beberapa anaknya di hadap para tamu. Detik itu pula dia merasa kecil. Terpisah. Tak di anggap.
Sejak itu, 4 tahun lalu dia merubah cara berfikirnya. Memikirkan strategi untuk 4 tahun yang akan datang. Dia belajar, mencari informasi, bersinggungan dengan orang-orang dimana mimpinya ada di sana. Potensi lainnya terkubur. Tapi dia coba menggali hingga dia asah untuk menyiapkan masa depan.
Dulu, 4 tahun lalu. Ketika seorang ayah tak secara langsung membenamkan impinya, ada isakan pelan juga tetesan air mata membasahi kelopak mata pelan di redupnya malam tanpa aliran listrik. Saat itu seakan listrik tampak tahu perasaanya. Gelap. Jatuh. Dia tidak pernah berani berontak karena kekuasaan tak berada penuh di tangannya. Dia hanyalah anak perempuan berumur tepat 17 tahun, di 4 tahun yang lalu. Anak perempuan yang tidak sanggup mengeluarkan pendapat karena hasil akhir juga akan sama saja. Anak perempuan yang mencari kebahagiaan dengan cara lain. Bersahabat dengan alam, Berinteraksi dengan orang - orang yang berada di mana mimpinya di sana berada, dia juga tak jarang mengimajinasikan kebahagiaan indah yang di sana dialah peran utama.
Sekarang yang anak perempuan itu ingin, cukup dukung dan jangan pernah mengungkit masa lalu. 4 tahun itu kelam yang kalau diingat hanya akan menghasilkan sesak di dada, dan tangisan kembali mampir di pipi, memori kembali terekam di ingatan. Yang anak perempuan itu ingin, cukup percaya dengan strategi bertahun - tahun yang telah direncanakannya. Tolong jangan mematahkan. Dia tidak ingin 4 tahun yang lalu kembali terulang. Dia ingin merubah waktu kembali berpihak padanya. Beberapa kali dia meminta ijin, dan setiap itu pula penolakan tercipta. Dia hanya ingin restu orang tua turut mengamini langkahnya, agar penyesalan tak lagi menghasil piluh. Dia lelah berpura - pura, dia lelah menjadi anak kecil yang ucapannya selalu di anggap tidak serius. Selamanya selalu di anggap sebagai anak kecil. Dia lelah tiap malam memikirkan bagaimana memperbaiki jembatan yang akan putus hanya dalam hitungan detik. Terkadang mimpinya memuncak, namun terkadang karena beberapa hal... mimpinya jatuh berserakan menyapa lapisan tanah. Sedikit demi sedikit mimpinya mengubur diri sendiri, namun tangan - tangan mungilnya kembali menahan agar tanah tak kembali mengubur mimpinya lagi. Tenaganya hampir habis walaupun berkali - kali dia mengeluarkan semangat terbaiknya. Terkadang kepalanya melihat ke sekeliling, takut jika ada seseorang yang coba ingin memutus tali layang - layangnya. Tak sedikit pun matanya lengah pada sekitar.
Semoga kelak, impian tak lagi harus menyerah oleh kekuasaan. Semoga kelak, tak ada anak - anak yang terpaksa menjalani hari, melewati malam bersama sendu. Berteman masa lalu kala termanggu sepi.
Karena sesungguhnya, si anak perempuan itu tidak serakah. Dia hanya meminta semua semangat yang terkikis selama 4 tahun itu kembali membuat tubuh kokoh lagi, jantung berdetak sempurna, dan hati tak berubah warna menjadi hitam. Karena anak perempuan itu aku, makhluk Tuhan yang juga ingin damai selalu menyapa hati, batin, dan terus menyublim ke semua rongga.
Mimpi bukan hanya pemanis fikir jika ada usaha di baliknya. Tapi mimpi adalah sesuatu yang harus di perjuangkan kala banyaknya pistol mengarah pada wajah. Terima kasih, Tuhan..... untuk semua pelajaran!!!
Comments
Post a Comment