Akhir - akhir ini Indonesia terlebih tanah Sumatera telah berubah menjadi negeri kahyangan. Begitulah beberapa orang menyebutnya. Iya, karena asap ada dimana - mana. Miris? Gak usah ditanya lagi. Dan lama kelamaan anak Indonesia tak sedikit yang menderita ISPA. Banyak yang bilang, darurat Asap.
Makin lama, sepertinya untuk bernafas pun kita harus bayar. Hal ini dikarenakan tak banyak lagi kita menemukan daerah yang udaranya masih segar.
Tentang asap yang semakin merajalela, saya pun tahu bagaimana perasaan masyarakat yang di daerahnya sedang mengalami darurat asap. Gejala penyakitnya pun sudah saya rasakan. Pusing, tenggorokan sakit, bahkan tiap udara yang terhirup malah membuat batuk. Pada akhirnya, setiap orang harus memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan dari udara yang tak lagi baik. Tak hanya itu, pendidikan juga terganggu.
Banyak yang berkata bahwa generasi mudalah yang akan melanjutkan perjuangan - perjuangan yang orang dewasa sudah lakukan. Tapi.... di usia mereka yang masih muda, mereka harus merasakan hidup di bawah tekanan. Tekanan dari orang - orang tak bertanggung jawab yang membuat bencana hebat. Ulah para manusia bejat yang dengan sadarnya ingin membunuh saudaranya sendiri perlahan demi perlahan.
Mereka yang diluar kota sana hanya mengatakan "Pakai masker, minum vitamin, makanlah makanan yang sehat". Mereka hanya tidak tahu bahwa makanan yang ada di rumah juga sudah terpapar asap. Iya, asap masuk ke rumah. Ini bukan bencana alam. Jadi saya sangat tidak setuju kalau ada yang menyebut bahwa ini adalah bencana alam. Yang benar adalah rasa kemanusiaan sudah tak lagi tinggi di hati mereka - mereka yang hanya mementingkan hidup mereka. Membakar hutan, dan mendirikan bangunan ataupun usaha mereka lainnya. Hanya untuk kepentingan pribadi. Mempertebal isi dompet mereka.
Kotaku berjarak 4 jam dari kota Medan, dan biasanya kotaku adalah kota yang anak - anak mudanya sangat concern terhadap hal - hal kemanusiaan. Tak hanya untuk negara sendiri yang sedang mengalami bencana, tapi juga terhadap negara lain. Kalau biasanya dikeadaan begini banyak anak - anak muda kotaku yang berdiri di pinggir jalan membawa kotak - kotak sumbangan, maka kali ini tidak ditemukan. Karena kota kami sendiri pun juga sedang waspada kabut asap. Maaf kalau kami belum bisa membantu untuk kota tetangga kami.
Kalau masih ada orang yang mengatakan "ah kebakaran lahan lagi di Sumatera, sudah biasa. Nanti juga bakal hilang asapnya". Sesungguhnya hati mereka juga sudah terkikis. Miris rasa kemanusiaan.
So guys.... open your eyes, open your mind. Bahkan di tengah kabut asap pun otak kami tidak berkabut. Karena kami memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup. Sedangkan yang ada di sana, yang hanya memantau tv dan malah tidak bertanggung jawab ataupun tidak bisa melindungi rakyat, maka jangan lah lagi terus menebar janji jika kalian hanya perduli karena untuk dipilih. Bersihkan dulu otak yang berkabut di tengah keadaan nafas yang tak kalut. Dan jangan salahkan jika kami sudah tak percaya lagi dengan janji janji para pejabat elit di tengah keadaan yang sekarat.
Pertanyaannya, sudah pantaskah kalian menjadi wakil rakyat????
Comments
Post a Comment