Pernah suatu ketika ada perasaan berbeda.
Entah sayang atau sekadar mengagumi.
Lalu menjelma menjadi candu.
Namun lagi - lagi entah maksud candu yang seperti apa lagi.
Seketika merasa bahwa dunia dan Tuhan berpihak sepenuhnya.
Setelah kebahagiaan terkadang ada pelajaran.
Pelajaran harus merelakan.
Bukan menangis gila, hanya bersedih pada kebahagiaan yang tak lagi terajut apik.
Kini, kembali pada masa di mana aku selalu berkata bahwa sendiri juga bisa bahagia.
No men no cry, Single and happy.
Dan kata - kata lain yang dapat menenangkan hati kala dewi Amore telah meninggalkan hati.
Bahagia tak hanya datang dari seorang kekasih.
Ada keluarga, teman, juga sahabat.
Dan tak lupa, setelahnya aku terus mengaduh pada Tuhanku.
Bercerita tak hanya tentang sedihku, tapi berterima kasih atas setiap pelajaran hidup.
Masa kemarin?
Biar ia terbang bersama angin dengan debu kecil setiap kesalahan.
Biarkan ia terbang lebih tinggi dan tak lagi kuhiraukan akan berlabuh ke mana.
Cukup memberi batasan atas setiap masa.
Cukup bersihkan hati untuk dia yang lain di masa depan.
Apa lagi yang di harap dari kemarin.
Jawabnya tidak ada, karena ia masa yang telah terlewatkan.
Tak ada yang dapat merubahnya sedikit pun.
Hanya melangkah saja, karena ada hadiah indah yang Tuhan persiapkan.
Sebab membiarkan kamu bahagia adalah cara mengikhlaskan yang pernah jadi milikku.
Sebab membiarkan kamu bahagia adalah suatu bentuk penghormatan bahwa setelahnya aku harus berbalik arah.
Sebab membiarkan kamu bahagia, aku dapat membuka hati lagi.
Aku bahagia, sebab bukan kamu lagi yang tertanam di sistem limbikku.
Mungkin sedih, tapi hanya sesaat.
Mungkin belum terbiasa, tapi harus ku biasakan.
Mungkin aneh, tapi inilah hidup.
Sekarang, jejak langkah berbekas di setiap tanah.
Ya, aku telah melangkah.
Melewati kamu, dan menuju dia yang lain.
Comments
Post a Comment