Skip to main content

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Kamu dan Senjaku

[Cerpen]

Aroma petrichor menghujam rongga hidung. Seakan terkalahkan dengan aroma coklat hangat yang tenang bersebelahan dengan dinding kaca di sebuah Cafe favoritku sejak 3 tahun lalu. Di tempat itu pulalah aku pernah bertemu dia, pria terindah yang pernah kumiliki raganya, hatinya. Ya, masih jelas teringat bagaimana caranya berkenalan, dan kemudian waktu membiarkan tawa kami saling beradu.

Di luar sana, tampak seorang wanita kecil berkisar 4 tahun asik mengambil sampah - sampah yang berserakan. Memungutnya satu persatu dengan tangan mungilnya yang putih, lalu meletakkan ke tempat sampah yang berjarak sekitar 10 meter dari tempatnya terdiam. Gerimis terus menyapa tubuh kecilnya. Baju biru polkadotnya pun hampir basah sepenuhnya. Namun terlihat dari wajahnya bahwa ia sangat menikmati aktivitas sosialnya sore itu. Ibu dan Ayahnya menunggu sembari memegang sebuah handuk kecil berwarna biru. Entah apa yang ada pada fikir mereka. Namun terlihat bahwa mereka ingin melihat malaikat kecilnya tak menjadi wanita egois nantinya. Sampah berserakan yang mungkin hanya di anggap angin lalu oleh para pengunjung dan para pembuang sampah tak berhati, menjadi sebuah pembelajaran dini untuk di ajarkan pada malaikat kecil mereka. Kedua orang tua itu pun sesekali menunjuk ke arah sampah yang terlewatkan oleh putri kecilnya. Dengan tawa manis sang malaikat kecil, aku dapat mengartikan bahwa bahagia itu sederhana. Di bawah gerimis yang tak ingin berhenti, ia seolah memberi contoh pada setiap pengunjung bahwa apa salahnya jika kita membuang sampah pada tempatnya?? Kesadaran yang bukan hanya milik mereka para pecinta kebersihan, dan mereka para aktivis sosial lainnya. Namun seharusnya jika kita tidak suka memungut sampah, maka jangan pernah membuang sampah sembarangan.

Sore itu, padahal ada alasan lain aku terduduk di Cafe dengan meja nomor 6 yang terletak di sebelah barat di mana aku sering menikmati senja. Ya, posisi yang sangat strategis menikmati sekaligus bercengkrama dengan senja di meja nomor 6, meja langganan. Berseberangan tepat dengan pohon akasia yang berjajar rapi membentuk barisan - barisan.

Sama seperti Diga, senja pun tak datang. Awalnya aku berharap bahwa gerimis yang telah berubah menjadi hujan segera berhenti. Sebab, senja setelah hujan itu biasanya lebih indah. Cahaya jingganya utuh dengan latar langit yang sedikit gelap. Matahari yang terbenam itu tak tampak menyilaukan dengan kombinasi jingga kemerah - merahannya.

Aku kembali membuka ponselku, melihat kembali pesan yang pernah Diga kirimkan padaku. Mungkin saja ingatanku sedikit memudar karena usia dan beban fikiran lainnya.
' Letra Cafe, sore di 09 Januari. Di meja nomor 6 favoritmu, ayo kita bertemu sayang. Banyak yang ingin kuceritakan. Sepertinya kita bakal bertiga, bukan berdua lagi. Iya, aku lupa. Teman curhat terbaikmu juga pasti hadir di sana. Iya, Senja di sore hari ツ'.

Mereka berdua curang. Tak ada yang hadir satu pun. Kemarin, aku berkata pada senja bahwa hari ini kebahagiaanku datang. Iya, kebahagiaanku adalah Diga. Kekasih yang selalu menertawakanku kala aku tengah mengaduh pada senja. Katanya  sebegitu introvertnya aku hingga tak sungkan untuk menceritakan kisahku pada senja. Entahlah, aku lebih percaya pada senja yang tak akan membongkar rahasia - rahasiaku. Karena senja tak pernah berdusta. Senja telah menjadi sahabat terbaikku saat ini.

Drrrtttt......drtttt.... getar ponsel segera membuyarkan ingatanku. Sebuah pesan datang atas nama Diga, mataku segera kualihkan dari pandangan luar karena berniat ingin marah padanya jika ia telat atau membatalkan janji.
"Maaf teman - teman semua. Segera hapus nomor ini karena tidak akan di pergunakan lagi. Sebelumnya, saya atas nama keluarga Diga minta maaf yang sebesar - besarnya jika pernah ada kata maupun sikap Diga yang tak berkenan di hati teman - teman semua. Doakan Diga selalu. Semoga Diga tenang di sisi Tuhan, di tempatkan di tempat yang terbaik, di terima amalnya. Amin. Terima Kasih semua."

Sore itu, seakan hujan mengetahui perasaanku. Langit terus menangis dan halilintar terus bersahut - sahutan mengoyak batin yang serasa membeku. Kutinggalkan meja nomor 6, aroma petrichor yang menjadi canduku, dan turut serta pada hujan yang tak ingin berhenti. Senja tak curang, ternyata ia telah berduka lebih dulu dariku, sebagai sahabat terbaik ternyata ia tak sanggup untuk menampakkan cahaya indahnya kala telah hilangnya kebahagiaanku. Terima kasih kamu, yang pernah menertawanku sekaligus menjadi tak terlihat kala aku mengeluh pada senja.

Kisaran,
Di tulis pada 09 Januari 2015
(Hanya cerita fiktif biasa)

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa Suka Senja?

Kenapa suka senja? Karena senja pernah mengenalkanku pada dia. Kenapa suka senja? Karena pada senja entah kenapa aku bisa berlama - lama diam lalu menghaturkan setiap harap walau kutahu tetap pada Tuhan meminta dan mengadu paling efektif. Kenapa suka senja?  Cahayanya.  Ya,  cahaya keemasannya selalu mampu membuat kedua bola mataku tak mampu berkedip cepat.  Ya,  aku mulai candu padanya. Kenapa suka senja? Karena dengan menatapnya ada rasa damai walau seringkali beberapa orang keheranan menatapku. Ya,  aku tergila - gila dengan senja.  Dengan waktu kemunculannya,  dengan warna indahnya,  dengan pemandangan burung-burung membentuk formasi yang menempuh jalan pulang yang mana membuat siapapun tak bisa menolak untuk tak jatuh Cinta padanya. Hai senja,  lagi untuk yang keberapa kalinya aku memberitahu pada dunia bahwa kau adalah candu yang susah dihentikan. Kau adalah Indah. Sebab kau tak mampu biasa.

Kisaran Naga

#30HariKotakuBercerita Judulnya seram? Ya, jadi disini saya akan menceritakan tentang terjadinya nama Kisaran. Legenda tentang kota kisaran juga ada beberapa versinya tapi sejak saya kecil, orang – orang disekitar saya menceritakan versi yang sebagai berikut..... Asal mula nama kisaran sendiri berawal saat hujan deras dan petir menyambar – nyambar. Saat itu kota ini sedang diguyur hujan lebat beserta angin kencang dan petir yang menakutkan. Orang – orang sekitar pun berkeluaran karena ternyata pepohonan yang berada di tepi sungai pada bertumbangan dan air sungai pun meluap seketika. Lalu seseorang berteriak begitu takutnya karena melihat ada makhluk aneh tampak berkisar. Rerumputan yang tadinya adalah tanah dari pohon tumbang tersebut pun terbuka seperti sengaja dibuka. Seketikanorang – orang yang melihat pun berteriak histeris. Lalu mereka berteriak “ Naga berkisar…… Naga berkisarrr” sambil menunjuk ke arah tumpukan pohon yang tumbang tadi. Masyarakat takjub dan juga d

Untuk Tuan Yang Telah Berpuan

#30HariMenulisSuratCinta Ada semangat lain kala Tuhan membiarkan jiwa - jiwa saling menyapa kesunyian. Di dalam hati ada gemercik rindu yang tak ingin tersudahi mengikat setiap otot dan urat - urat yang sedang bekerja tak kenal lelah. Namun tak lagi cerita tentang kamu yang kini mendiami relung fikir. Tak ada kamu, Tuan. Tak ada lagi yang harus kujadikan alasan disela aktivitas lainku. Tak ada lagi do'a terlantun yang membalutkan namamu bersama nama - nama lainnya di do'aku. Tak ada lagi kamu yang .gegabah agar dimasukkan ke dalam ritual terindahku itu. Bahagialah bersama dia yang kau cinta. Biarlah sebuah masa dimana kita saling merasa telah terhapus oleh asa yang sudah patah, juga kedatangan wanita yang sedang kau puja. Kau tahu perihal melupakan? Walau tanganku ingin menyusuri apa yang bisa ku temukan tentang kamu, namun hatiku tetap enggan untuk mencipta kepingan rasa kembali teringat masa lalu. Aku tak ingin hembusan nafas patah kembali mengusik telinga dan menusuk hati