Di tulisan kali ini, aku ingin meniru pembelajaran dari blognya koh Alexander Thian a.k.a @aMrazing. Yaitu ketika ingin menulis tapi gak ada imajinasi yang berkeliaran di kepala. Biasanya disebut 3 words, 1 story. Di sini, aku pilih kata dari sekitar ketika duduk di halaman rumah, yaitu : Kerudung, Batu, dan Plastik. And here it is:
Rasaku, Bukan PilihanNya
Wanita berkerudung itu berjalan mengadu kakinya dengan bebatuan yang ia lewati. Raut wajahnya tampak tak biasa, seakan ada ribuan masalah menghampiri hidupnya. Sambil sesekali bibir mungilnya berkomat kamit entah mengeluarkan kalimat sihir apa, dan tak jarang kepalanya mengadah ke atas sambil menarik dan membuang nafas pelan agar tak banyak yang memperhatikannya. Tak sengaja ia bertemu dengan arga, teman lamanya ketika di bangku SMA. Arga yang sekarang tampak berbeda dari yang dulu. Pakaiannya sudah terlihat modish dengan polo t-shirt yang ia timpal jacket kulit hitam. Perubahan tampilan arga juga tampak pada judul yang sama dengan Raisa.
"Raisa... kamu raisa kan??" Tanya pria itu dengan kerutan yang memenuhi dahi raisa.
"Iya. Kamu? Arga, bukan?"
"iya, aku Arga. Wah, kamu sudah mengenakan kerudung sekarang ya?"
" kenapa? Aneh ya?" Sahut Raisa yang baru saja mengeluarkan senyumnya sedari tadi. Raisa memang bukan seorang yang berpenampilan dengan pakaian tertutup dengan kerudungnya dahulu. Mereka pun mengarah ke sebuah alun-alun kota dengan para pecinta olahraga. Ada yang sekedar berlatih skeatboard dengan anggota lengkapnya, ada juga yang berlari kecil menurunkan berat badan atau hanya sekedar menyehatkan badannya, dan ada juga yang befoto dengan kerang besar sebagai latar belakangnya. Tak jarang juga ada yang berkelompok duduk bercerita bersama sahabat menghilangkan penat seharian. Sore itu, semua orang tampak sibuk dengan aktivitas mereka sendiri.
" makhluk Tuhan mana yang sudah merubahmu ga?" Tanya Raisa dengan senyum kecil yang masih menghiasi bibirnya.
"Hahaha, apa? Makhluk? Kota besar berpengaruh besar pada diriku sa. Sejak aku memutuskan kuliah dan tinggal di kota besar, sekitarku juga berpengaruh besar atasku. Kalau kamu? Sejak kapan mulai berkerudung?"
" sejak aku memutuskan untuk tinggal di Aceh. Disana, aku ikut tanteku bersosialisasi dengan warga sekitar untuk pengajian dan bergabung di salah satu remaja mesjid di sana." Jawab raisa menahan wajah arga tampak serius mendengarnya. Siapa sangka, Raisa yang sewaktu SMA sangat manja, selalu mengatakan kalau kerudung membuat rambutnya rusak, tubuhnya kepanasan, dan juga sesosok wanita yang sangat aktif, sekarang telah berubah menjadi raisa yang lembut, pendiam, sangat anggun dan tidak mengutuk apapun ketika mengenakan kerudung. Lingkungan memang berpengaruh besar atas diri kita, seketika kita bisa menjadi beringas dan tidak tentu arah, bisa saja seketika kita menjadi seseorang yang patuh dan tenang. Itu kenapa perkembangan jaman sangat mepengaruhi diri kita. Mungkin saja ada yang berfikir bahwa anak yang baik, nurut dengan orang tua selalu dicap sebagai anak cupu, yang tidak update dengan perkembangan jaman. Namun tanpa pernah diketahui, di balik itu semua mereka adalah orang - orang yang dibalut dengan cita-cita tinggi, pemikiran yang berkelas.
Arga pun mengarahkan mobilnya ke sebuah tempat makan, dalam kerutan wajah yang sesekali tampak muncul suatu keanehan, arga merasa ada keanehan yang sedang raisa alami saat ini.
"Kamu.... ada masalah? Mungkin bisa sedikit berbagi. Walaupun belum pasti aku bisa membantu sepenuhnya atas masalah yang kamu hadapi, tapi setidaknya beban di hatimu sedikit berkurang" tawar arga.
" mama rencana menjodohkan aku pada pria lain yang aku sendiri tidak tahu. Kamu tahu, ada pria lain yang ku cinta di sana. Pria yang sudah ku kenal lama. Jujur, aku hormat dengan mama dan papa. Namun bukan berarti apa yang mereka mau harus dituruti bukan?"
" kamu sudah memperkenalkan atau mungkin hanya sekadar menceritakan dia dengan mama kamu?"
" sudah, aku pernah membahas tentangnya dengan mama. Tapi, mama seakan tak menghiraukan pilihanku."
Sebulan kemudian arga mendapat undangan dari seseorang yang namanya tak asing olehnya. Di dalamnya tertuliskan nama Raisa Hanum Rikwanto, SE dengan Ryan Ali , SE.
"Ga.... akhirnya mama menurutiku" girangnya dengan aura wajah seakan mendapatkan durian runtuh.
" Biar kutebak, pasti lelaki itu teman sekelas atau senior kamu dulu".
"Wah argaaa, you are right. Akhirnya hati mama luluh. Kamu tahu, Ryan pernah berjanji padaku bahwa dia ingin menikahiku dan menua bersamaku". Menjelang pernikahan raisa, hari demi hari arga masih terus disibukkan oleh curhatan teman SMA nya itu. Siapa yang tak bahagia melihat temannya bahagia. Sampai pada saat Tuhan memberi air mata dan kesedihan pada Raisa yang menemukan Ryan bersama wanita lain sedang berjalan mesra di sebuah toko sepatu. Tangannya dingin, matanya seakan berkaca - kaca tampak menahan tangis. Dirumah raisa keluarganya tampak seperti sedang serius membicarakan sesuatu. Papa raisa memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan Arga dengan anak satu-satunya itu. Usai sudah kebahagian dengan sebuah perjanjian klasik untuk menua bersama.
Setelah kejadian itu, raisa memutuskan untuk membiarkan orang tuanya mengatur hidupnya termasuk menjodohkannya dengan pria yang sebelumnya telah ditawarkan pada raisa. " kamu yakin dengan pilihan orang tua kamu? Tidak takut hal lain terjadi lagi?" Kata Arga.
" Terkadang pilihan orang tua atas hidup kita memang yang terbaik. Dan bodohnya aku, kenapa aku bisa mencintai pria yang berselingkuh dengan wanita lain, yang dahulu penuh akan sebuah janji".
" aku mengharap yang terbaik untukmu sa. Semoga pria nanti adalah pria terakhir yang bersamamu. Tidak menyakitimu. Tulus menyayangimu".
Pertemuan keluarga pun dilaksanakan, tanpa disadar hidup memang selalu memberikan kejutan - kejutan baik indah ataupun tidak. Raisa menatap heran mengapa Arga ikut datang ke rumahnya? Apa mungkin pria yang ingin dikenalkan mama mungkin saja masih berhubungan baik dengan Arga. Tiba ketika papa mengenalkan pria yang ingin dijodohkan dengan raisa sejak dahulu ternyata adalah Arga. Raisa pun tampak kaget, berharap ini lelucon atau mungkin saja ada beberapa kamera terpasang untuk mengerjainya. Namun ternyata memang tidak, Arga adalah pria yang ingin dikenalkan dengannya. Tak hanya tubuh raisa yang dingin, mulutnya juga tak dapat berkata-kata. Pertemuan keluarga pun usai. Raisa melangkahkan kakinya ke halaman belakang, memandangi alam yang tenang menyejukkan. "Kamu menyesal bukan?" Ucap arga yang mengikuti langkahnya sejak tadi.
"Menyesal? Mungkin lebih ke terkejut. Apa ini sebuah lelucon atau bukan".
" Kata orang cinta butuh proses. Aku tahu mencintai bukan sekedar mengenal keluarga, mengenal masing-masing dari kita, atau tentang lamanya waktu kita saling mengenal. Jujur, kamu yang mematahkan pendapatku tentang love at the first sight. Mungkin dulu aku terlahir sebagai lelaki yang tidak penuh dengan rasa percaya diri. Terlebih untuk mengutarakan perasaan denganmu Sa. Sejak SMA". Arga kemudian mengeluarkan plastik dengan sebuah flower crown. Dan mengenakannya di kepala raisa.
" I wanna make you my queen, raisa. Bukan untuk hari ini, tapi hingga Tuhan tak mengijinkan kita untuk berlama-lama di bumiNya".
Comments
Post a Comment