Skip to main content

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Hujan, Kode Alam!

Hujan terkadang dapat membuat orang-orang yang tadinya tak saling memperhatikan jadi saling memperhatikan satu sama lain , yang tadinya tak saling perduli jadi perduli. Sore itu, aku dan 3 sahabatku melarikan diri dari kampus karena tidak tahu ingin melakukan apa lagi. Tidak ada jadwal bimbingan, ketua jurusan pun juga sedang tidak berada di kampus. 

Akhirnya kita ber-empat memutuskan untuk pergi ke alun-alun, menemani dua sahabat yang berencana untuk lari sore. Cuaca cukup cerah, hingga saat tawa masih belum tersadarkan, dan cerita-cerita seru masih terus terlantun, gerimis pun dengan tiba-tiba menjelma menjadi hujan yang tak disangka. Cuaca seketika menjadi sedikit gelap dengan matahari yang enggan menampakkan cahaya tengelamnya yang  indah seperti kemarin. Para pengunjung yang memang menjadikan alun - alun sebagi tempat untuk lari sore, bermain skeatboard, atau hanya sekadar berkumpul menghabiskan waktu sore mereka dengan latar mesjid agung nan megah serta bangunan kerang raksasa yang mana adalah ikon tanah kelahiranku itu langsung berlari menuju bangunan kerang raksasa yang mana sebelumnya tidak diperbolehkan secara sembarangan pengunjung untuk  duduk-duduk di dalamnya. Bangunan itu seketika ramai dengan bekas-bekas jejak sepatu, juga banyak dari mereka yang membentuk kelompok-kelompok sembari berbagi kisah, berselfie dengan tongsis mereka, menatap ponsel dengan senyum mengembang, dan tak jarang dari mereka terdiam sambil menatap hujan penuh arti. Suasana yang sebelum hujan membasahi alun-alun terlihat saling cuek, sibuk dengan aturan nafas mereka ketika berlari, sibuk dengan gadget masing - masing, sibuk bercerita dengan orang-orang terdekat mereka, kini berubah menjadi pemandangan yang saling memperhatikan satu sama lain tanpa saling mengganggu, tampak akrab dengan suara riuh mereka ditambah dengan angin yang tak jarang membuat pakaian dan rambut terayun pelan. 

Dan ada moment dimana hampir separuh dari para peneduh memandang ke arah seorang kakek sedang berlari dibawah hujan yang sudah tidak begitu deras. Ia seakan tak perduli dengan air membasahi tubuh yang tak lagi mudah dengan ayuhan langkah kaki yang terbatas termakan usia. Kepalanya tampak tertutupi sebuah penutup kepala yang tak terlihat jelas seperti topi atau plastik. Kami semua memandang tajam oleh langkah penuh semangatnya, satu persatu terlihat beberapa pria muda mengikutinya sambil berlari kecil dengan langkah yang jauh lebih lebar dari si kakek. Mereka ikut berlari - lari kecil sambil tersenyum melihat ke arah si kakek. Sesaat kemudian satu persatu para peneduh yang berada di dalam  kerang besar itu juga turun, dan melanjutkan aktivitas mereka seperti sebelum hujan mengguyur. Dan tentu, penjaga tempat itu akhirnya menyuruh kita turun karena yang aku fikir bahwa tempat tersebut memang harus terjaga kebersihannya yang mana saya anggukan pemikirannya. Dan si kakek pun tak berlari sendiri lagi  di bawah kolong langit yang masih terasa rintikkan airnya sore itu. Mungkin fisik bisa saja membuat orang lain beropini apapun itu, namun semangat memang tak bisa terelakkan dengan hal lain yang menutupinya. inya. Hujan itu kode alam, moment ketika setiap orang saling memperhatikan juga   mengingat masa lalu.

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa Suka Senja?

Kenapa suka senja? Karena senja pernah mengenalkanku pada dia. Kenapa suka senja? Karena pada senja entah kenapa aku bisa berlama - lama diam lalu menghaturkan setiap harap walau kutahu tetap pada Tuhan meminta dan mengadu paling efektif. Kenapa suka senja?  Cahayanya.  Ya,  cahaya keemasannya selalu mampu membuat kedua bola mataku tak mampu berkedip cepat.  Ya,  aku mulai candu padanya. Kenapa suka senja? Karena dengan menatapnya ada rasa damai walau seringkali beberapa orang keheranan menatapku. Ya,  aku tergila - gila dengan senja.  Dengan waktu kemunculannya,  dengan warna indahnya,  dengan pemandangan burung-burung membentuk formasi yang menempuh jalan pulang yang mana membuat siapapun tak bisa menolak untuk tak jatuh Cinta padanya. Hai senja,  lagi untuk yang keberapa kalinya aku memberitahu pada dunia bahwa kau adalah candu yang susah dihentikan. Kau adalah Indah. Sebab kau tak mampu biasa.

Kisaran Naga

#30HariKotakuBercerita Judulnya seram? Ya, jadi disini saya akan menceritakan tentang terjadinya nama Kisaran. Legenda tentang kota kisaran juga ada beberapa versinya tapi sejak saya kecil, orang – orang disekitar saya menceritakan versi yang sebagai berikut..... Asal mula nama kisaran sendiri berawal saat hujan deras dan petir menyambar – nyambar. Saat itu kota ini sedang diguyur hujan lebat beserta angin kencang dan petir yang menakutkan. Orang – orang sekitar pun berkeluaran karena ternyata pepohonan yang berada di tepi sungai pada bertumbangan dan air sungai pun meluap seketika. Lalu seseorang berteriak begitu takutnya karena melihat ada makhluk aneh tampak berkisar. Rerumputan yang tadinya adalah tanah dari pohon tumbang tersebut pun terbuka seperti sengaja dibuka. Seketikanorang – orang yang melihat pun berteriak histeris. Lalu mereka berteriak “ Naga berkisar…… Naga berkisarrr” sambil menunjuk ke arah tumpukan pohon yang tumbang tadi. Masyarakat takjub dan juga d

Untuk Tuan Yang Telah Berpuan

#30HariMenulisSuratCinta Ada semangat lain kala Tuhan membiarkan jiwa - jiwa saling menyapa kesunyian. Di dalam hati ada gemercik rindu yang tak ingin tersudahi mengikat setiap otot dan urat - urat yang sedang bekerja tak kenal lelah. Namun tak lagi cerita tentang kamu yang kini mendiami relung fikir. Tak ada kamu, Tuan. Tak ada lagi yang harus kujadikan alasan disela aktivitas lainku. Tak ada lagi do'a terlantun yang membalutkan namamu bersama nama - nama lainnya di do'aku. Tak ada lagi kamu yang .gegabah agar dimasukkan ke dalam ritual terindahku itu. Bahagialah bersama dia yang kau cinta. Biarlah sebuah masa dimana kita saling merasa telah terhapus oleh asa yang sudah patah, juga kedatangan wanita yang sedang kau puja. Kau tahu perihal melupakan? Walau tanganku ingin menyusuri apa yang bisa ku temukan tentang kamu, namun hatiku tetap enggan untuk mencipta kepingan rasa kembali teringat masa lalu. Aku tak ingin hembusan nafas patah kembali mengusik telinga dan menusuk hati