Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
"Kenapa.. Diam mulu" Tukas seorang wanita berusia hampir kepala tiga.
Pria berkaos hitam dengan alis tebal dan berkumis tipis disebelahnya tiada bergeming. Suara music berlantun lembut. Kisahnya patah. Menceritakan seorang pria patah hati yang susah lupa.
"Patah hati itu wajar. Yang gak wajar adalah gak berusaha bangkit. You're a special men". Ucap wanita itu kembali hingga kali ini berhasil membuyarkan lamunan sang pria yang sedari tadi di tatapnya.
"Apa kabarnya sama kamu. Memang kamu udah berhasil move on? "
"Hmmm kamu tau kan banyak orang bilang bahwa obat patah hati itu adalah jatuh cinta lagi.
Ya... Dengan arti yang dalam bahwa si orang tersebut harus benar-benar punya usaha untuk melupakan masa lalu"
"Jadi kamu udah jatuh cinta lagi? "
"Udah" Sambil menganggukkan kepala dengan terbata-bata.
"Jadi kamu udah jatuh cinta lagi? "
"Udah" Sambil menganggukkan kepala dengan terbata-bata.
Pria disebelahnya tampak menaikkan alis sebelah kanan dengan raut wajah ketidak percayaannya. Ia tahu betul bahwa teman lamanya itu adalah sosok perempuan yang tak jauh beda darinya. Sama - sama susah jatuh cinta dan susah berpindah rasa. Sifat mereka yang tampak mirip bisa jadi dikarenakan bahwa betapa dekatnya mereka sejak kecil.
"Siapa yang berhasil buat kamu jatuh cinta? "
"Ada deh. Setidaknya walaupun diam-diam. Aku sungguh sangat berterima kasih olehnya karena berkat dia aku bisa lupa sama masa lalu. Setidaknya, aku berhasil menyembuhkan sakit. "
"Kamu jatuh cinta diam-diam? "
Wanita itu kembali menganggukan kepalanya sambil melirik sahabat baiknya itu.
"Aku kenal? "
Lagi-lagi anggukkan kepala mengartikannya jelas.
"Siapa? "
"Ah, nanti kamu kaget. Nanti kamu ngejekin aku lagi"
"Enggak... Cepet siapaa? " Tanya pria itu paksa.
"Mmmm.. Ini" Sambil menjulurkan layar ponsel berwajahkan seorang pria.
"Aku? Saga Ardita? " Pria itu menyebut namanya dengan tidak percaya.
"Ada deh. Setidaknya walaupun diam-diam. Aku sungguh sangat berterima kasih olehnya karena berkat dia aku bisa lupa sama masa lalu. Setidaknya, aku berhasil menyembuhkan sakit. "
"Kamu jatuh cinta diam-diam? "
Wanita itu kembali menganggukan kepalanya sambil melirik sahabat baiknya itu.
"Aku kenal? "
Lagi-lagi anggukkan kepala mengartikannya jelas.
"Siapa? "
"Ah, nanti kamu kaget. Nanti kamu ngejekin aku lagi"
"Enggak... Cepet siapaa? " Tanya pria itu paksa.
"Mmmm.. Ini" Sambil menjulurkan layar ponsel berwajahkan seorang pria.
"Aku? Saga Ardita? " Pria itu menyebut namanya dengan tidak percaya.
Sang wanita hanya tersenyum sesaat lalu kepalanya menengadah menatap bintang-bintang. Satu sisi ada rasa lega karena telah jujur, satu sisi lagi ada rasa takut. Takut jika persahabatannya tak akan baik-baik saja. Sebab selama mereka dekat, tak pernah ada rasa lebih. Hanya ada sayang sebagai sahabat.
Setahun kebelakang memang kota memisahkan mereka karena Saga dipindah tugas oleh atasannya. Entah kenapa rindu kemudian tiba-tiba datang. Mungkin karena tak mampu berpisah lama. Walaupun pulang ke rumah orang tuanya hanya tiap akhir pekan, namun selama beberapa hari itu waktu libur Saga penuh dengan kebersamaan bersama Isyana. Karena sama - sama baru patah hati, mereka saling bertukar tawa. Saling menghibur hingga ternyata Tuhan menumbuhkan rasa.
"Mari sama-sama sembuhkan luka" Ucap Saga.
Comments
Post a Comment