Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan. Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja, DIA Maha pembolak balik hati manusia. 3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana. Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya. Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas.
Alunan musik fiersa besari memenuhi isi telinganya. Hatinya bahagia bahkan hanya dengan membaca kisah cinta fiksi di salah satu buku 11:11 milik penyanyi yang sedang ia dengarkan. Perempuan itu memilih siang pukul 14:56 dan cafe untuk menikmati waktu bagi dirinya sendiri. Memanjakan hati dan mata dengan waktu yang tepat. Walaupun hanya seorang diri. Dikejauhan sesekali suara tawa orang lain ikut merangsuk masuk di telinganya bergabung dengan suara manis bung Fiersa. Sesekali pula semilir angin menghempas hijab biru mudanya. Karena lupa membawa kacamata untuk baca, perempuan itu mengistirahatkan matanya sejenak.
Di letaknya buku dengan halaman masih terbuka dengan ditelangkupkannya di dada. Matanya melihat ke sekeliling hingga akhirnya bertemu dengan sepasang mata lain yang sedari tadi menatapnya ingin tahu. Ah, iya. Mata yang sepertinya tak asing. Mata yang berkali - kali ia cari tahu siapa pemiliknya. Ditiliknya dari ujung rambut hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah tas yang sangat ia kenal baik. Tas merk ternama buatan anak bangsa. Sekali lagi perempuan itu memastikan sang pemilik wajah.
Dan yah. Sepertinya mata dan batinnya sudah tahu. Namun bukannya menyapa, ia hanya melewatkan momen yang seharusnya baik itu. Dibukanya lagi buku yang ia istirahatkan. Sayup - sayup ia mendengarkan sebuah percakapan yang sedang membicarakan dirinya di seberang sana.
"Kamu kenal? " Kata seorang lelaki di seberang kursi.
"Yaudah samperin sana" Kata lelaki itu lagi.
"Kamu kenal? " Kata seorang lelaki di seberang kursi.
"Yaudah samperin sana" Kata lelaki itu lagi.
Hanya suaranya yang kudengar. Bukan suara sang lelaki yang kukenal.
Selang beberapa puluh menit perempuan itu memanggil pramusaji untuk meminta tagihan yang di pesan. Ujung matanya masih sadar bahwa sedang ada sosok yang sedari tadi memperhatikannya dengan beberapa tanya tercipta. Sembari memasukkan barang-barang yang tadi dikeluarkannya dari dalam tas, ia menerima kembalian lalu memegang buku dan merapatkannya di dada. Melangkah pergi melewati sang lelaki sambil tersenyum.
Lelaki itu adalah sosok yang pernah dicintainya dalam diam. Lelaki yang ia kenal melalui dunia maya yang tak berani ia sapa. Lelaki yang berhasil membantunya untuk melupakan sang masa lalu. Lelaki yang sejak sekarang mungkin tak pernah tahu bahwa kehadirannya begitu besar untuk bangkitnya seseorang dari keterpurukan. Walau tak bisa mengenalnya lebih dekat, sang perempuan berbaju merah jambu itu sangat bersyukur pernah disadarkan bahwa ada hamba Tuhan lain yang ternyata bisa membuatnya jatuh cinta.
Meski hanya dalam diam. Langkah kecilnya perlahan meninggalkan yang pernah ia puja. Yang namanya pernah ia kenalkan pada Tuhan ditiap sujud shalatnya. Yang hadir sementaranya sangat ia syukuri. Sebab Maha baiknya Tuhan sudah menciptakan lelaki seperti itu untuk mengobati kisah pilunya. Walau pada akhirnya kehidupan harus terus berjalan. Ada yang harus ia perjuangkan dibalik kesedihan beberapa bulan lalu. Ada yang harus ia lupa demi masa depan cerah. Baginya, dia adalah hadiah terindah Tuhan yang tak pernah bisa dimiliki. Terimakasih sudah hadir dan menghargai. Asal kamu tahu, perempuan itu sudah tarik diri sejak lama. Ia tak akan menggenggam paksa yang tak ingin dipegang. Mungkin suatu hari akan melembut. Walau tak pernah tahu entah kapan saat itu disambut.
Comments
Post a Comment