22 Desember, hampir seluruh masyarakat Indonesia tak ada yang absen untuk ikut andil pada tanggal itu. Kenapa? Ya, Hari Ibu. Sejak tahun 1928 silam, masyarakat Indonesia mulai memperingatinya. 22 Desember, hari yang setiap anak Indonesia tak pernah melewatkan moment untuk sekadar mengatakan "Selamat Hari Ibu" dengan backsound lagu Bunda kepunyaan Melly Goeslaw dan lagu lain yang bertemakan sama atau bahkan memberi kejutan yang tak jarang membuat setiap Ibu menangis haru.
Ibu, Beliau bagai sosok super hero bagi setiap anak. Walaupun sosoknya adalah wanita, namun setiap Ibu memiliki semangat tinggi lebih dari seorang Ayah. Ibu dapat membuat anaknya menjadi seorang yang sukses walaupun hanya ia sendiri yang berjuang.
Pahlawan terhebat bagiku dan mungkin sama dengan setiap anak di Dunia adalah Ibu. Bukan hanya dari dalam kandungan kita merasakan betapa kuatnya beliau. Tetapi tak jarang ketika tumbuh dewasa, ia masih terus menjadi wanita terhebat karena kerja keras dan perjuangannya agar kita (anaknya) hidup tak seperti ia sebelumnya.
Ya, Ibu. Tak pernah terlewatkan doa indahku untukmu. Kau bukan hanya sesosok wanita, namun kau juga Malaikat tanpa sayap. Menemani, mengajari, dan terus menjaga semampumu.
Ibu, ada satu hal mengapa sejak hari pertama aku duduk di bangku kuliah aku terus memintamu untuk mengijinkanku menggapai mimpiku. Itu karena ridhomu adalah ridho Tuhan padaku. Doamu bukan sebagai penghias shalatmu saja, tapi doamu adalah jalan terang bagi hidupku kelak.
Ibu, perjuanganmu untuk kehidupan anakmu sungguh sangat luar biasa. Dan aku tahu mengapa Surga ada di bawah telapak kakimu.
Itu karena aku juga percaya bahwa anak yang dibesarkan ibu seorang diri akan bisa sukses. Lain jika seorang Ayah yang membesarkannya seorang sendiri. Ya, tidak semua ayah. Aku juga banyak melihat fakta bahwa mereka yang dibesarkan ibu pasti bisa menjadi orang yang sukses.
Sering aku merenung lalu berkata dalam hati "ibu mana yang sepertimu?" Kau tak memiliki target untuk anak perempuanmu pintar memasak atau harus menyiapkan masakan. Karena kau tahu bahwa dengan sendirinya, anak perempuanmu pasti ingin bisa pintar memasak sepertimu. Tak secara langsung kau terus mengenalkan berbagai macam bumbu dapur pada anak perempuanmu. Aku bangga memilikimu, Ibu. Kau kusebut, wanita serba bisa. Kau kusebut pemberi kasih tanpa batas. Supporter tanpa bayar. Pemberi maaf terbaik.
Ibu.. Alasan lain mengapa aku ingin bekerja di tempat yang bagus juga karenamu. Aku ingin terus membuat namamu indah bersama waktu. Terus di lindungi cahaya terang Tuhan, terus terbang indah tanpa takut terhenti. Itu semata karena ada tanggung jawab besarku sebagai anak agar tak pernah membuat namamu terarsir garis hitam pengganggu sedikit pun.
Aku ingin kau bangga denganku.
Aku ingin masa tuamu tak diselimuti kegelisaan lain yang mengusik dudukmu, tidurmu, sepimu.
Aku ingin namamu terus menjadi alasan dibalik kesuksesanku.
Aku ingin terus memberikanmu kejutan yang tak pernah kau lupa.
Aku ingin senyum bahagiamu terus mengembang dan tak boleh ada yang memutusnya.
Ibu, aku membenarkan bahwa kasihmu tak mengharap pamrih. Tanpa lelah kau menjaga anakmu dan tak mengharap pamrih. Tanpa perhitungan kau memberikan pendidikan terbaik agar dengan tenang anakmu dapat menikmati pelajaran.
Ibu,
Aku... Aku bukan siapa - siapa tanpamu.
Jika bukan karena tangan halusmu, penjagaanmu juga pengajaranmu, aku bukanlah siapa - siapa saat ini.
Ibu... terimakasih untuk semuanya.
Kau adalah superwoman yang kukenal sejak pertama kali aku membuka mata.
Kalau saja tanpa tangan dan tutur kata sebagai penyemangatku, mungkin tidak ada pemikiran indah juga perbuatan baik yang kulakukan saat ini.
Kalau orang mengatakan aku sukses saat ini, itu bukan aku sebenarnya yang sukses, melainkan kau lah yang sukses membuatku seperti ini.
Kau sukses menjadi ibu yg seharusnya.
Aku tahu, kau adalah wanita pertama yang khawatir akan keputusanku mencari jati diri. Memikirkan bagaimana makanku, tempat tinggalku. Bagaimana wanita kecilnya mampu menjaga diri sendiri tanpa ia sebagai seorang pengingat setiap detiknya. Ibu, semata aku ingin agar kau percaya bahwa kelak, aku, anak terakhir tak selalu manja seperti image kebanyakan. Aku ingin menunjukkanmu bahwa aku dapat hidup mandiri. Dan aku tahu, kau selalu menyebut namaku disetiap untaian kata - kata doamu.
Terima kasih Ibu....
Kau adalah yang ku agungkan setelah Tuhan dan Rasul - rasul-Nya.
Kau adalah sesosok cerminan untuk kesuksesanku.
Aku bangga memiliki sesosok wanita hebat yang selama ini kusebut, Ibu.
Aku mencintaimu...
Aku menyanyangimu....
Aku yakin, doa kita ketika sujud saling bertautan
Terima kasih telah memanggilku menjadi anakmu. Maafkan jika sejak 9 bulan dikandungan aku membuatmu tersiksa walaupun pasti kau mengatakan "tidak". Maafkan jika sepanjang hidupku ada kata - kata pengganggu yang sampai sekarang tak berkenan di hatimu walaupun aku tahu kau pasti mengatakan "aku sudah memaafkan". Maafkan pula atas air mata yang kau keluarkan karena sikapku. Kau akan selamanya menjadi yang pertama juga yang terakhir sesosok wanita terindah bagiku, Ibu.
Untuk menebusnya mungkin aku tidak bisa. Tapi ijinkanlah aku menjadi salah satu alasan dibalik senyummu sampai Tuhan memanggil kita.
Aku mencintaimu, Ibu.
Aku tahu bahwa pernah ada rasa sedih dalam diammu ketika aku selalu membahas jurusan kuliah yang tak aku sukai. Yah, aku sengaja egois karena dalam hal pendidikan waktu membuat aku tampak iri dengan keadaan. Itu karena aku ingin protes, ibu. Maaf telah membuat hatimu seperti di cabik - cabik kala itu.
Maafkan jika selama aku hidup, ada sikap yang tak indah kuberikan padamu. Maafkan atas keegoisan anakmu ini. Maafkan atas pemaksaan tak langsung yang teralamatkan padamu. Tak ada kata tak baik untuk merangkaikan sesosok ibu sepertimu. Terima kasih atas pengorbananmu. Pengorbanan sampai saat ini. Terima kasih telah membesarkan aku. Membesarkan anak yang terkadang sering pula membuatmu kesal.
Terima kasih untuk semua hal yang mungkin tak kutahu ada pengorbanan paling terbesar yang kau lakukan demi anakmu. Tapi percayalah ibu, atas namamu tak akan kubiarkan orang lain menjatuhkannya, dan atas hidupmu, tak ku biarkan orang lain mengusikmu. Karena kau adalah intan, permata, berlian, emas yang tak bisa sembarangan orang menyentuhnya. Kau tinggi. Kau mahal. Kau kepercayaan dan wakil Tuhan di dunia. Kau cahaya terang yang menyinari jalan gelap menuju tempat paling baik.
Aku ingin membuatmu abadi, Ibu. Sebab kau... adalah malaikat pelindung, malaikat tanpa sayap.
Comments
Post a Comment