Lagi - lagi entah apa yang terjadi pada rindu. Sepasang bola mata menatap lembut langit senin pagi. Hari-hari nya masih sama. Menikmati waktu yang terus berputar sembari menunggu jeputan bus yang mengarah ke kantornya. Ya, masih sama. Entah kapan ada yang datang menjemputnya selain bapak pengemudi bus yang melayani penikmat jalan raya beserta asap dan debu berseliweran.
Tak menunggu lama bus yang ditunggu - tunggu tiba. Tangan kirinya menahan botol minum hingga menghimpit erat ke tubuh. Desakan sudah jangan ditanya. Begitulah nikmatnya rutinitas wanita berbalut syal coklat tua bermotif pemberian sang mantan kekasih. Lagi - lagi sang mantan mengambil peran rindu sekali lagi. Wanita itu sedang merindu pada masa lalu. Mungkin hatinya sedang sendu. Atau rutinitas pekerjaannya membuat rindu tiba-tiba memaksa datang.
Di dalam bus, tepat sekali hujan turun. Disandarkannya kepala pada kaca yang terasa dingin. Tatapannya lembut seolah mengarah pada deretan mobil yang sedang berhenti di lampu merah. Padahal yang sebenarnya dirasa, wanita itu sedang menatap kosong. Tak tahu kepada objek yang mana. Sembari melihat arloji yang melekat di lengan sebelah kiri, wajahnya kembali di sendu kan. Rupanya mimpi malam mengambil objek sag pria yang dulu ia puja-puja. Yang sudah 2 tahun kebelakang tak tahu bagaimana kabarnya.
Sekali lagi, tak apa merindu. Bukan salah setiap manusia. Begitulah proses hidup berjalan. Toh di setiap perjalanan akan ada pembelajaran. Nikmati saja waktumu. Entah merindu, entah sedang bahagia, entah bersusah payah. Tuhan pun tahu kapan semuanya akan berhenti.
Comments
Post a Comment