Skip to main content

Sampai Akhirnya Kau Tidak Harus Tahu Bagaimana Caranya Aku Bersedih 

Entah kenapa malam itu semua tiba tiba berubah. Bahkan sebuah perasaan tak biasa muncul. Dan baru tersadar esok hari sembari perlahan mengingat doa kapan yang sedang Tuhan kabulkan.  Perihal perasaan sendiri pun tetap Tuhanlah yang mengatur. Ah, benar saja,  DIA Maha pembolak balik hati manusia.  3 tahun menyukai pria sama ternyata seperti ini. Tanpa temu. Tanpa hilang sedikitpun rasa. Namun lagi lagi kebiasaannya masih tetap sama. Kembali menghilang. Bahkan setelah kehilangannya tidak tahu harus mengendalikan perasaan yang bagaimana.  Penghujung 29 ternyata memberikan kisah campur aduk yang baru ini di rasa. Ternyata lebih ikhlasku mampu kucipta meski tidak tau alur seperti apa yang akan dijalani nantinya.  Ah, mari tetap semangat. Mari tetap menggantungkan cita cita. Mari untuk jangan membenci perasaan cinta itu sendiri meski berkali kali kandas. 

Cinta Begini

Short Story

Yang kita bahas sebenarnya tidak penting. Bahkan di beberapa hal yang kau bahas serasa datar. Tidak lucu atau bahkan menarik. Tapi entah kenapa, aku selalu suka mendengar semua ceritamu. Semua keluh kesah yang ku anggap penting sekadar ingin mengetahui hidupmu lebih jauh. Seperti apa kamu. Kesukaanmu. Pun kesedihanmu. Bahkan aku juga pernah tertawa di ceritamu yang batinku rasa memang tak ada lucunya. Setiap hari aku selalu menanti kedatanganmu, berharap waktu bisa berakhir dengan indah karena adanya kamu. Membiarkan rasa lelah jadi tak lagi berarti. Sejak saat itu aku selalu bertanya pada hati ini. Apa benar bahwa aku sedang di jatuh cintakan padamu???
_________

"Pentaaaa!!!!" Seru Fiagra sambil mengalungkan lengannya di bahu perempuan yang ia teriaki itu.
Sambil sedikit tertunduk, mata tajam Penta dengan seketika mengarah tepat pada Fiagra. Kebiasaan pria di hadapnya tak pernah berubah. Suka datang tiba-tiba. Membuat kaget.
"Katanya gak bisa ngampus. Alesan deh. Kalo kamu memang gak mau jemput aku, juga gak masalah" sahut Penta dan berlalu mendahului selangkah dari Fiagra yang ia panggil dengan Aga sebab penta memang memiliki lidah yang sederhana. Tak bisa jelas mengatakan huruf "R" hingga akhirnya ia menyerah memanggil Fiagra secara singkat dengan sebutan "Agra". Sebutan "Aga" malah lebih enak didengar belanya.
"Ishhh ngambek deh. So sorry..." mohon Aga sambil mencubit pipi perempuan di sampingnya itu.
"Sejak pukul 4 subuh tadi sampai detik ini kamu sudah mengatakan kata "sorry" sebanyak 16 kali. Mungkin akan ada yang ke 17 kah?"
"Kamu bawel. Sorry. Nah, itu yang ke 17" sambung aga sambil tertawa menang dan gantian mendahului Penta.

Walau selalu kesal pada pria itu, entah kenapa Penta suka dengan kebiasaannya. Dikedekatan mereka ternyata ada rasa tak biasa. Yang wanita itu pikir memang tak pantas ada. Belum lama memang mereka berteman, permainan outbound semasa ospek 2 tahun lalu turut berperan besar atas pertemuan mereka yang semakin akrab satu sama lain. Lambat laun persahabatan mereka pun sering dicurigai oleh segelintir teman - teman sefakultas. Mungkin tak lagi sahabat, melainkan cinta. Tapi mereka tak ambil pusing. Semuanya terserah Tuhan walau perempuan itu rasa memang tak mungkin. Tak mungkin????

"Pemrograman Java. Aishhhh can I face this one?" Tanya Penta menolehkan arah pandang pada Aga yang sedang mengirim pesan chat.
"Yes.. you can, Ta. Se-ma-ngat!!!" Sambil mengepalkan jemarinya seolah saat ini Aga adalah pejuang yang sedang mati - matian membela negara.
"Tenang, nilai kamu bakal bagus kok walau ini ujian praktik. Sama seperti sebelumnya. Pak Yoga kan ada rasa sama kamu" goda Aga sambil tertawa pelan.
"Agaaaaaa. Don't tease me. Sebel deh... dia udah married tau. Jangan bikin gosip"
"Loh tapi bener kan? He's adore you"
"No, He is not"
"Ter-se-rah... yang aku tau dia selalu baik dengan nilai kamu. Treat you well as he can"
"Goda aja terussss"
"Hehe peace. Jangan ngambek lagi. Sorry... ini yang ke 18" ucap Aga dengan melembutkan tatapannya.

Pria di samping Penta itu kembali serius. Tak ada raut wajah menggodanya lagi. Sepertinya memang akan ada pembicaraan serius yang ingin ia katakan pada rekan sejawatnya itu.
"Aku bingung mau kasih kado apa, Ta. Menurutmu apa?"
"Me? Mmmmm....  biasanya kalau anniversarry itu..." Penta mengarahkan matanya ke segala penjuru. Perempuan itu ikut serius.
"Dinner aja gimana? Terus kamu bawa bunga, coklat, atau boneka. Yang pentingkan kejutan. Perempuan itu suka dengan kejutan. Look so romantic. Trust me" sambung Penta lagi.
"I always trust you. Yup... I'll do it. Thank you" ucap Aga sambil mengacak-acak rambut perempuan bermata sipit itu.

Keesokan pagi aroma petrichor menyerebak. Semesta di rundung galau. Namun sepertinya tidak pada tanaman - tanaman di hadapan Penta. Sambil mengaduk - aduk secangkir coklat hangat di hadapnya, tiba - tiba saja ponsel penta berdering.
Aga sedang menelponnya.
"Hallo Ga..." masih dengan mengaduk coklat hangat, perempuan itu mendengarkan celotehan pria di seberang telepon sana. Dari yang tadinya biasa saja, raut wajahnya sedikit berubah. Belum sempat lagi ia menyeruput minuman yang ia buat, dengan segera perempuan itu beranjak dari meja makan yang berhadapan langsung dengan taman belakang rumah. Penta berlari kecil menuju leaving room, dan sampailah di pintu utama. Kini dihadapannya ada sesosok yang amat sangat dikenalnya. Pria itu terlihat rapuh lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang sahabat. Dan untung saja tinggi badan mereka sama.
"Are you okay?" Tanya penta.
"No. I just need someone like you."
"Sabar Ga... I'll stay here for you"
"Berapa kali aku harus bilang "benci Papa" Ta. Kapan dia berubah? Nyokap pergi selamanya karena dia. Karena emosi hebatnya, karena ketidak hati-hatiannya mengendarai mobil. Sampai pada akhirnya mobil mereka harus hilang kendali. Nabrak. Dan sejak itu aku harus kehilangan Mama. Woman I loved so much. Woman who care me so well."
"Kamu pernah bilang kalau kamu harus kuat. Demi Sesilia, adikmu satu -satunya. She needs you more." Terangnya sambil memeluk pria dihadapnya itu. Pria yang tak pernah absen mengatakan benci pada lelaki yang turut andil membuat Aga melihat dunia dan segala sandiwaranya. Penta sadar bahwa perilaku papa sahabatnya itu memang keterlaluan. Tempramen. Bahkan dengan hal yang sederhana. Nilai ujian misalnya. Aga memang kuliah di jurusan yang memang tak ia sukai. Tapi kehendak papanya lebih kuat. Tak boleh terlihat kalah. Sedikitpun. Kalau dipikir manusia mana yang sempurna? Nothing. Terlebih berbicara kemampuan. Lebih tepatnya yang dialami adalah keterpaksaan. Coba saja Aga diijinkan mengambil kuliah jurusan arsitektur, mungkin nilainya tak akan seburuk itu. Saking sukanya ia mendesign bangunan, ia sering berlatih diam - diam di rumahnya dan menitipkan beberapa miniatur projectnya di kamar penta. Sudah ke empat kali pria itu memenangkan project design. Harus bersaing dengan para calon arsitek yang memang benar - benar mengenyam ilmu sesuai jalurnya. Berbeda dengan Aga yang mencuri waktu di sela - sela kefokusan papanya di rumah. Harus jadi programmer hebat kata sang papa.  Seperti Mark Zuckerberg misalnya. Impian tinggi sang papa yang tak pernah di aminkan sang anak. Sebab sang anak ingin seperti Ridwan Kamil. Anak indonesia yang mengarsiteki proyek Marina Bay Waterfront Master Plan di Singapura juga museum tsunami di Aceh sebelum ia menjabat sebagai Walikota. Anak dari tanah parahyangan yang kocak namun bermutu. Yang mencintai tanah kelahiran dan ingin menduniakan tempat di mana ia di lahirkan. Simple.

"Mungkin aku bakal menginap di rumah Om Aska. Adik mama. Papa gak mungkin bakal jeput aku kalau di sana. Karena hubungan mereka sedang tak baik".
"Adikmu gimana?"
"She's okay. Dia aman. Karena papa gak mungkin ikut menyalahkan sesilia juga. Dia anak kesayangan. Bukankah itu lebih baik. Karena aku cuma butuh Sesilia aman"
"Gimana dengan Kadina?"
"Dia belum tahu tentang hal ini. Lebih baik begitu bukan?"
Anggukan penta sedikit menenangkan hati Aga. Karena yang dibutuhkan aga saat ini agar ia tenang adalah "menyetujui". Kadina adalah pacar Aga. Pria itu sangat mencintainya walau terkadang Kadina lebih mementingkan waktu untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Andai saja Aga sadar, di dekatnya selama ini ada perempuan baik yang mungkin tak pernah di sangkanya "telah menyukainya". Perempuan yang setia mendengarkan curhatan sampai pura - pura tertawa karena kelucuan - kelucuan yang dipaksakan. Ya, tak lucu. Tapi Penta suka mendengarkannya. Suara Aga telah menjadi candu baginya. Bagi hidupnya.

Malam memberi jeda panjang. Tak ada suara apapun. Heningnya mereka membuat angin tak ingin diam saja menyapa keduanya. Udara sejuk mengibas rambut mereka. Membuat malam semakin identik dengan kesepian. Membiarkan 2 hati harus berhati - hati agar tak ada yang tersakiti.
"Oh ya... how was your dinner? Success??" Tanya penta membuat Aga kembali menyadari bahwa ia tidak sedang sendirian.
"Yes.. lancar. Thank you, Ta. Ide kamu selalu cemerlang. That's why I trust you. That's why I know that you are a great woman who know me so well. Yup... after my mom" sahutnya sambil tersenyum sederhana.
"Thank you my boy.... hehehe" kata Penta gantian mengacak - acak rambut Aga. Tatapan lembut penta menelusuri satu persatu guratan senyum di wajah Aga. Ya, perempuan itu sedang dirundung rindu. Rindu sendiri yang tak tahu harus bagaimana membaginya. Sebab bagaimana cara baik membagi rindu pada pacar orang? Bukan kebenaran untuk menikungnya
meski janur kuning belum melengkung. Seperti kata kebanyakan orang.

Walau ada sedikit rasa sesak tiap kali Aga membahas tentang Kadina. Toh mau bagaimana lagi. Penta hanya sahabat bagi Aga. Pria yang pada awalnya tak pernah disangka bahwa padanyalah hatinya terjatuh. Walau hanya sahabat, tapi Penta lebih tahu banyak tentang Aga daripada Kadina.
"How about your new project? Sudah dapet ide?" Tanya Penta.
"Yes. Already"
"Wahh tumben gak butuh ide dari aku? Hmmmm karena gak mau bagi royalti ide lagi ya? Pelit deh"
"Haha bukan karena itu temannn. Ini judul design bangunan baru aku" tunjuknya pada foto tulisan di ponsel yang tak dengan terang-terangan ditunjukkannya. Aga pun menjauhkan ponselnya seketika saat penta berusaha melongok. Dan dengan cepat pula Aga memasukkan ponselnya pada saku jacketnya. Ya, judul design baru aga adalah "The Pentana". Ia terinspirasi nama seseorang yang telah menjadi bagian terbaik dihidupnya. Perempuan yang dalam diam ia cinta. Hanya menunggu waktu, apakah cintanya akan terus ia diamkan hingga hanya menghasil cerita kenangan tak tersampai atau membuat cintanya terbalas dengan catatan akan ada seseorang yang dilepaskan pada akhirnya.

PS:
(Akhirnya nulis short story lagi. I don't know why, mungkin karena kesibukan jadi lupa nulis. Read: males. Hehehe
Mungkin karena ada di bagian hidup yang hilang. Yes... mom. Mom is my inspiration. Suka nulis karena pada hakikatnya nurun beliau. So when she's gone, saya gak tau harus karena siapa saya nulis. And then... mikir lagi. Saya punya misi di selama saya masih dikasih nafas sama Allah. Immortal. I wanna make Mom and I being immortal. So I should do it. My dreams. My planning.

And for you (readers): Makasih ya.. udah mau baca tulisan sederhana saya. You're great.)

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa Suka Senja?

Kenapa suka senja? Karena senja pernah mengenalkanku pada dia. Kenapa suka senja? Karena pada senja entah kenapa aku bisa berlama - lama diam lalu menghaturkan setiap harap walau kutahu tetap pada Tuhan meminta dan mengadu paling efektif. Kenapa suka senja?  Cahayanya.  Ya,  cahaya keemasannya selalu mampu membuat kedua bola mataku tak mampu berkedip cepat.  Ya,  aku mulai candu padanya. Kenapa suka senja? Karena dengan menatapnya ada rasa damai walau seringkali beberapa orang keheranan menatapku. Ya,  aku tergila - gila dengan senja.  Dengan waktu kemunculannya,  dengan warna indahnya,  dengan pemandangan burung-burung membentuk formasi yang menempuh jalan pulang yang mana membuat siapapun tak bisa menolak untuk tak jatuh Cinta padanya. Hai senja,  lagi untuk yang keberapa kalinya aku memberitahu pada dunia bahwa kau adalah candu yang susah dihentikan. Kau adalah Indah. Sebab kau tak mampu biasa.

Kisaran Naga

#30HariKotakuBercerita Judulnya seram? Ya, jadi disini saya akan menceritakan tentang terjadinya nama Kisaran. Legenda tentang kota kisaran juga ada beberapa versinya tapi sejak saya kecil, orang – orang disekitar saya menceritakan versi yang sebagai berikut..... Asal mula nama kisaran sendiri berawal saat hujan deras dan petir menyambar – nyambar. Saat itu kota ini sedang diguyur hujan lebat beserta angin kencang dan petir yang menakutkan. Orang – orang sekitar pun berkeluaran karena ternyata pepohonan yang berada di tepi sungai pada bertumbangan dan air sungai pun meluap seketika. Lalu seseorang berteriak begitu takutnya karena melihat ada makhluk aneh tampak berkisar. Rerumputan yang tadinya adalah tanah dari pohon tumbang tersebut pun terbuka seperti sengaja dibuka. Seketikanorang – orang yang melihat pun berteriak histeris. Lalu mereka berteriak “ Naga berkisar…… Naga berkisarrr” sambil menunjuk ke arah tumpukan pohon yang tumbang tadi. Masyarakat takjub dan juga d

Untuk Tuan Yang Telah Berpuan

#30HariMenulisSuratCinta Ada semangat lain kala Tuhan membiarkan jiwa - jiwa saling menyapa kesunyian. Di dalam hati ada gemercik rindu yang tak ingin tersudahi mengikat setiap otot dan urat - urat yang sedang bekerja tak kenal lelah. Namun tak lagi cerita tentang kamu yang kini mendiami relung fikir. Tak ada kamu, Tuan. Tak ada lagi yang harus kujadikan alasan disela aktivitas lainku. Tak ada lagi do'a terlantun yang membalutkan namamu bersama nama - nama lainnya di do'aku. Tak ada lagi kamu yang .gegabah agar dimasukkan ke dalam ritual terindahku itu. Bahagialah bersama dia yang kau cinta. Biarlah sebuah masa dimana kita saling merasa telah terhapus oleh asa yang sudah patah, juga kedatangan wanita yang sedang kau puja. Kau tahu perihal melupakan? Walau tanganku ingin menyusuri apa yang bisa ku temukan tentang kamu, namun hatiku tetap enggan untuk mencipta kepingan rasa kembali teringat masa lalu. Aku tak ingin hembusan nafas patah kembali mengusik telinga dan menusuk hati